PESTISIDA

| Kamis, 19 Juli 2012

PENDAHULUAN

Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di sini adalah sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, kemudian nematoda (bentuknya seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan.

BBagi kehidupan rumah tangga, yang dimaksud hama adalah meliputi semua hewan yang mengganggu kesejahteraan hidupnya, seperti lalat, nyamuk, kecoak, ngengat, kumbang, siput, kutu, tungau, ulat, rayap, ganggang serta kehidupan lainnya yang terbukti mengganggu kesejahteraannya.

Pestisida juga diartikan sebagai substansi kimia dan bahan lain yang mengatur dan atau menstimulir pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman.
Sesuai konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT), penggunaan pestisida ditujukan bukan untuk memberantas atau membunuh hama, namun lebih dititiberatkan untuk mengendalikan hama sedemikian rupa hingga berada dibawah batas ambang ekonomi atau ambang kendali. 

Di Indonesia untuk keperluan perlindungan tanaman, khususnya untuk pertanian dan kehutanan pada tahun 2008 hingga kwartal I tercatat 1702 formulasi yang telah terdaftar dan diizinkan penggunaannya. Sedangkan bahan aktif yang terdaftar telah mencapai 353 jenis.

Dalam  pengendalian hama tanaman secara terpadu, pestisida adalah sebagai alternatif terakhir.  Dan belajar dari pengalaman, Pemerintah saat ini tidak lagi memberi subsidi terhadap pestisida . Namun kenyataannya di lapangan petani masih banyak menggunakannya.  Menyikapi hal ini, yang terpenting adalah baik pemerintah maupun swasta terus menerus memberi penyuluhan tentang bagaimana penggunaan pestisida secara aman dan benar.  Aman terhadap diri dan lingkungannya, benar dalam arti 5 tepat (tepat jenis pestisida, tepat cara aplikasi, tepat sasaran, tepat waktu, dan tepat takaran).

PERATURAN PEMERINTAH NO. 7 TAHUN 1973

Untuk melindungi keselamatan manusia dan sumber-sumber kekayaan alam khususnya kekayaan alam hayati, dan supaya pestisida dapat digunakan efektif, maka peredaran, penyimpanan dan penggunaan pestisida diatur dengan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1973. Dalam peraturan tersebut antara lain ditentukan bahwa:

* tiap pestisida harus didaftarkan kepada Menteri Pertanian melalui Komisi Pestisida untuk dimintakan izin penggunaannya
* hanya pestisida yang penggunaannya terdaftar dan atau diizinkan oleh Menteri Pertanian boleh disimpan, diedarkan dan digunakan
* pestisida yang penggunaannya terdaftar dan atau diizinkan oleh Menteri Pertanian hanya boleh disimpan, diedarkan dan digunakan menurut ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam izin pestisida itu
* tiap pestisida harus diberi label dalam bahasa Indonesia yang berisi keterangan-keterangan yang dimaksud dalam surat Keputusan Menteri Pertanian No. 429/ Kpts/Mm/1/1973 dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam pendaftaran dan izin masing-masing pestisida.

Dalam peraturan pemerintah tersebut yang disebut sebagai pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk:

* memberantas atau mencegah hama atau penyakit yang merusak tanaman, bagian tanaman atau hasil pertanian
* memberantas gulma
* mematikan daun dan mencegah pertumbuhan tanaman yang tidak diinginkan
* mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian tanaman, kecuali yang tergolong pupuk
* memberantas atau mencegah hama luar pada ternak dan hewan piaraan
* memberantas atau mencegah hama air
* memberantas atau mencegah binatang dan jasad renik dalam rumah tangga
* memberantas atau mencegah binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang dilindungi, dengan penggunaan pada tanaman, tanah dan air.

Sesuai dengan definisi tersebut di atas maka suatu bahan akan termasuk dalam pengertian pestisida apabila bahan tersebut dibuat, diedarkan atau disimpan untuk maksud penggunaan seperti tersebut di atas.

Sedangkan menurut The United States Federal Environmental Pesticide Control Act, pestisida adalah semua zat atau campuran zat yang khusus untuk memberantas atau mencegah gangguan serangga, binatang pengerat, nematoda, cendawan, gulma, virus, bakteri, jasad renik yang dianggap hama kecuali virus, bakteria atau jasad renik yang terdapat pada manusia dan binatang lainnya. Atau semua zat atau campuran zat yang digunakan sebagai pengatur pertumbuhan tanaman atau pengering tanaman.

PERANAN PESTISIDA

Pestisida tidak hanya berperan dalam mengendalikan jasad-jasad pengganggu dalam bidang pertanian saja, namun juga diperlukan dalam bidang kehutanan terutama untuk pengawetan kayu dan hasil hutan yang lainnya, dalam bidang kesehatan dan rumah tangga untuk mengendalikan vektor (penular) penyakit manusia dan binatang pengganggu kenyamanan lingkungan, dalam bidang perumahan terutama untuk pengendalian rayap atau gangguan serangga yang lain.

Pada umumnya pestisida yang digunakan untuk pengendalian jasad pengganggu tersebut adalah racun yang berbahaya, tentu saja dapat mengancam kesehatan manusia. Untuk itu penggunaan pestisida yang tidak bijaksana jelas akan menimbulkan efek samping bagi kesehatan manusia, sumber daya hayati dan lingkungan pada umumnya.

Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hama-hama tanaman. Dalam konsep Pengendalian Terpadu Hama, pestisida berperan sebagai salah satu komponen pengendalian. Prinsip penggunaannya adalah:

* harus kompatibel dengan komponen pengendalian lain, seperti komponen hayati
* efisien untuk mengendalikan hama tertentu
* meninggalkan residu dalam waktu yang tidak diperlukan
* tidak boleh persistent, jadi harus mudah terurai
* dalam perdagangan (transport, penyimpanan, pengepakan, labeling) harus memenuhi persyaratan keamanan yang maksimum
* harus tersedia antidote untuk pestisida tersebut
* sejauh mungkin harus aman bagi lingkungan fisik dan biota
* relatif aman bagi pemakai (LD50 dermal dan oral relatif tinggi)
* harga terjangkau bagi petani.

Idealnya teknologi pertanian maju tidak memakai pestisida. Tetapi sampai saat ini belum ada teknologi yang demikian. Pestisida masih diperlukan, bahkan penggunaannya semakin meningkat. Pengalaman di Indonesia dalam menggunakan pestisida untuk program intensifikasi, ternyata pestisida dapat membantu mengatasi masalah hama padi. Pestisida dengan cepat menurunkan populasi hama, hingga meluasnya serangan dapat dicegah, dan kehilangan hasil karena hama dapat ditekan.

Pengalaman di Amerika Latin menunjukkan bahwa dengan menggunakan pestisida dapat meningkatkan hasil 40 persen pada tanaman coklat. Di Pakistan dengan menggunakan pestisida dapat menaikkan hasil 33 persen pada tanaman tebu, dan berdasarkan catatan dari FAO penggunaan pestisida dapat menyelamatkan hasil 50 persen pada tanaman kapas.

Dengan melihat besarnya kehilangan hasil yang dapat diselamatkan berkat penggunaan pestisida, maka dapat dikatakan bahwa peranan pestisida sangat besar dan merupakan sarana penting yang sangat diperlukan dalam bidang pertanian. Usaha intensifikasi pertanian yang dilakukan dengan menerapkan berbagai teknologi maju seperti penggunaan pupuk, varietas unggul, perbaikan pengairan dan pola tanam akan menyebabkan perubahan ekosistem yang sering diikuti oleh meningkatnya problema serangan jasad pengganggu. Demikian pula usaha ekstensifikasi pertanian dengan membuka lahan pertanian baru, yang berarti melakukan perombakan ekosistem, sering kali diikuti dengan timbulnya masalah serangan jasad pengganggu. Dan tampaknya saat ini yang dapat diandalkan untuk melawan jasad pengganggu tersebut yang paling manjur hanya pestisida. Memang tersedia cara lainnya, namun tidak mudah untuk dilakukan, kadang-kadang memerlukan tenaga yang banyak, waktu dan biaya yang besar, hanya dapat dilakukan dalam kondisi tertentu yang tidak dapat diharapkan efektifitasnya. Pestisida saat ini masih berperan besar dalam menyelamatkan kehilangan hasil yang disebabkan oleh jasad pengganggu.

MACAM DAN CONTOH NAMA PESTISIDA

Pestisida dapat digolongkan menjadi bermacam-macam dengan berdasarkan fungsi dan asal katanya. Penggolongan tersebut disajikan sbb.:

* Akarisida, berasal dari kata akari yang dalam bahasa Yunani berarti tungau atau kutu. Akarisida sering juga disebut sebagai mitesida. Fungsinya untuk membunuh tungau atau kutu.
* Algisida, berasal dari kata alga yang dalam bahasa latinnya berarti ganggang laut. Berfungsi untuk melawan alge.
* Avisida, berasal dari kata avis yang dalam bahasa latinnya berarti burung. Berfungsi sebagai pembunuh atau zat penolak burung serta pengontrol populasi burung.
* Bakterisida, berasal dari kata latin bacterium atau kata Yunani bacron. Berfungsi untuk melawan bakteri.
* Fungisida, berasal dari kata latin fungus atau kata Yunani spongos yang berarti jamur. Berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan.
* Herbisida, berasal dari kata latin herba yang berarti tanaman setahun. Berfungsi membunuh gulma (tumbuhan pengganggu).
* Insektisida, berasal dari kata latin insectum yang berarti potongan, keratan atau segmen tubuh. Berfungsi untuk membunuh serangga.
* Larvisida, berasal dari kata Yunani lar. Berfungsi untuk membunuh ulat atau larva.
* Molluksisida, berasal dari kata Yunani molluscus yang berarti berselubung tipis lembek. Berfungsi untuk membunuh siput.
* Nematisida, berasal dari kata latin nematoda atau bahasa Yunani nema yang berarti benang. Berfungsi untuk membunuh nematoda (semacam cacing yang hidup di akar).
* Ovisida, berasal dari kata latin ovum yang berarti telur. Berfungsi untuk membunuh telur.
* Pedukulisida, berasal dari kata latin pedis berarti kutu, tuma. Berfungsi untuk membunuh kutu atau tuma.
* Piscisida, berasal dari kata Yunani piscis yang berarti ikan. Berfungsi untuk membunuh ikan.
* Rodentisida, berasal dari kata Yunani rodera yang berarti pengerat. Berfungsi untuk membunuh binatang pengerat, seperti tikus.
* Predisida, berasal dari kata Yunani praeda yang berarti pemangsa. Berfungsi untuk membunuh pemangsa (predator).
* Silvisida, berasal dari kata latin silva yang berarti hutan. Berfungsi untuk membunuh pohon.
* Termisida, berasal dari kata Yunani termes yang berarti serangga pelubang daun. Berfungsi untuk membunuh rayap.

Berikut ini beberapa bahan kimia yang termasuk pestisida, namun namanya tidak menggunakan akhiran sida:

* Atraktan, zat kimia yang baunya dapat menyebabkan serangga menjadi tertarik. Sehingga dapat digunakan sebagai penarik serangga dan menangkapnya dengan perangkap.
* Kemosterilan, zat yang berfungsi untuk mensterilkan serangga atau hewan bertulang belakang.
* Defoliant, zat yang dipergunakan untuk menggugurkan daun supaya memudahkan panen, digunakan pada tanaman kapas dan kedelai.
* Desiccant. zat yang digunakan untuk mengeringkan daun atau bagian tanaman lainnya.
* Disinfektan, zat yang digunakan untuk membasmi atau menginaktifkan mikroorganisme.
* Zat pengatur tumbuh. Zat yang dapat memperlambat, mempercepat dan menghentikan pertumbuhan tanaman.
* Repellent, zat yang berfungsi sebagai penolak atau penghalau serangga atau hama yang lainnya. Contohnya kamper untuk penolak kutu, minyak sereb untuk penolak nyamuk.
* Sterilan tanah, zat yang berfungsi untuk mensterilkan tanah dari jasad renik atau biji gulma.
* Pengawet kayu, biasanya digunakan pentaclilorophenol (PCP).
* Stiker, zat yang berguna sebagai perekat pestisida supaya tahan terhadap angin dan hujan.
* Surfaktan dan agen penyebar, zat untuk meratakan pestisida pada permukaan daun.
* Inhibitor, zat untuk menekan pertumbuhan batang dan tunas.
* Stimulan tanaman, zat yang berfungsi untuk menguatkan pertumbuhan dan memastikan terjadinya buah.


FORMULASI PESTISIDA

Pestisida sebelum digunakan harus diformulasi terlebih dahulu. Pestisida dalam bentuk murni biasanya diproduksi oleh pabrik bahan dasar, kemudian dapat diformulasi sendiri atau dikirim ke formulator lain. Oleh formulator baru diberi nama. Berikut ini beberapa formulasi pestisida yang sering dijumpai:

1. Cairan emulsi (emulsifiable concentrates/emulsible concentrates)
Pestisida yang berformulasi cairan emulsi meliputi pestisida yang di belakang nama dagang diikuti oleb singkatan ES (emulsifiable solution), WSC (water soluble concentrate). B (emulsifiable) dan S (solution). Biasanya di muka singkatan tersebut tercantum angka yang menunjukkan besarnya persentase bahan aktif. Bila angka tersebut lebih dari 90 persen berarti pestisida tersebut tergolong murni. Komposisi pestisida cair biasanya terdiri dari tiga komponen, yaitu bahan aktif, pelarut serta bahan perata. Pestisida golongan ini disebut bentuk cairan emulsi karena berupa cairan pekat yang dapat dicampur dengan air dan akan membentuk emulsi.
2. Butiran (granulars)
Formulasi butiran biasanya hanya digunakan pada bidang pertanian sebagai insektisida sistemik. Dapat digunakan bersamaan waktu tanam untuk melindungi tanaman pada umur awal. Komposisi pestisida butiran biasanya terdiri atas bahan aktif, bahan pembawa yang terdiri atas talek dan kuarsa serta bahan perekat. Komposisi bahan aktif biasanya berkisar 2-25 persen, dengan ukuran butiran 20-80 mesh. Aplikasi pestisida butiran lebih mudah bila dibanding dengan formulasi lain. Pestisida formulasi butiran di belakang nama dagang biasanya tercantum singkatan G atau WDG (water dispersible granule).
3. Debu (dust)
Komposisi pestisida formulasi debu ini biasanya terdiri atas bahan aktif dan zat pembawa seperti talek. Dalam bidang pertanian pestisida formulasi debu ini kurang banyak digunakan, karena kurang efisien. Hanya berkisar 10-40 persen saja apabila pestisida formulasi debu ini diaplikasikan dapat mengenai sasaran (tanaman).
4. Tepung (powder)
Komposisi pestisida formulasi tepung pada umumnya terdiri atas bahan aktif dan bahan pembawa seperti tanah hat atau talek (biasanya 50-75 persen). Untuk mengenal pestisida formulasi tepung, biasanya di belakang nama dagang tercantum singkatan WP (wettable powder) atau WSP (water soluble powder).
5. Oli (oil)
Pestisida formulasi oli biasanya dapat dikenal dengan singkatan SCO (solluble concentrate in oil). Biasanya dicampur dengan larutan minyak seperti xilen, karosen atau aminoester. Dapat digunakan seperti penyemprotan ULV (ultra low volume) dengan menggunakan atomizer. Formulasi ini sering digunakan pada tanaman kapas.
6. Fumigansia (fumigant)
Pestisida ini berupa zat kimia yang dapat menghasilkan uap, gas, bau, asap yang berfungsi untuk membunuh hama. Biasanya digunakan di gudang penyimpanan.


KIMIA PESTISIDA

Pestisida tersusun dan unsur kimia yang jumlahnya tidak kurang dari 105 unsur. Namun yang sering digunakan sebagai unsur pestisida adalah 21 unsur. Unsur atau atom yang lebih sering dipakai adalah carbon, hydrogen, oxigen, nitrogen, phosphor, chlorine dan sulfur. Sedangkan yang berasal dari logam atau semi logam adalah ferum, cuprum, mercury, zinc dan arsenic.

1. Sifat pestisida
Setiap pestisida mempunyai sifat yang berbeda. Sifat pestisida yang sering ditemukan adalah daya, toksisitas, rumus empiris, rumus bangun, formulasi, berat molekul dan titik didih.
2. Tata Nama Pestisida
Pengetahuan pestisida juga meliputi struktur dan cara pemberian nama atau dikenal dengan tata nama.
3. Cara Kerja Pestisida
* Pestisida kontak, berarti mempunyai daya bunuh setelah tubuh jasad terkena sasaran.
* Pestisida fumigan, berarti mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran terkena uap atau gas
* Pestisida sistemik, berarti dapat ditranslokasikan ke berbagai bagian tanaman melalui jaringan. Hama akan mati kalau mengisap cairan tanaman.
* Pestisida lambung, berarti mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran memakan pestisida.

CARA PENGGUNAAN PESTISIDA

Cara penggunaan pestisida yang tepat merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan pengendalian hama. Walaupun jenis obatnya manjur, namun karena penggunaannya tidak benar, maka menyebabkan sia-sianya penyemprotan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan pestisida, di antaranya adalah keadaan angin, suhu udara, kelembapan dan curah hujan. Angin yang tenang dan stabil akan mengurangi pelayangan partikel pestisida di udara. Apabila suhu di bagian bawah lebih panas, pestisida akan naik bergerak ke atas. Demikian pula kelembapan yang tinggi akan mempermudah terjadinya hidrolisis partikel pestisida yang menyebabkan kurangnya daya racun. Sedang curah hujan dapat menyebabkan pencucian pestisida, selanjutnya daya kerja pestisida berkurang.

Hal-hal teknis yang perlu diperhatikan dalam penggunaan pestisida adalah ketepatan penentuan dosis. Dosis yang terlalu tinggi akan menyebabkan pemborosan pestisida, di samping merusak lingkungan. Dosis yang terlalu rendah menyebabkan hama sasaran tidak mati. Di samping berakibat mempercepat timbulnya resistensi.

1. Dosis pestisida
Dosis adalah jumlah pestisida dalam liter atau kilogram yang digunakan untuk mengendalikan hama tiap satuan luas tertentu atau tiap tanaman yang dilakukan dalam satu kali aplikasi atau lebih. Ada pula yang mengartikan dosis adalah jumlah pestisida yang telah dicampur atau diencerkan dengan air yang digunakan untuk menyemprot hama dengan satuan luas tertentu. Dosis bahan aktif adalah jumlah bahan aktif pestisida yang dibutuhkan untuk keperluan satuan luas atau satuan volume larutan. Besarnya suatu dosis pestisida biasanya tercantum dalam label pestisida.
2. Konsentrasi pestisida
Ada tiga macam konsentrasi yang perlu diperhatikan dalam hal penggunaan pestisida
* Konsentrasi bahan aktif, yaitu persentase bahan aktif suatu pestisida dalam larutan yang sudah dicampur dengan air.
* Konsentrasi formulasi, yaitu banyaknya pestisida dalam cc atau gram setiap liter air.
* Konsentrasi larutan atau konsentrasi pestisida, yaitu persentase kandungan pestisida dalam suatu larutan jadi.
3. Alat semprot
Alat untuk aplikasi pestisida terdiri atas bermacam-macam seperti knapsack sprayer (high volume) biasanya dengan volume larutan konsentrasi sekitar 500 liter. Mist blower (low volume) biasanya dengan volume larutan konsentrasi sekitar 100 liter. Dan Atomizer (ultra low volume) biasanya kurang dari 5 liter.
4. Ukuran droplet
Ada bermacam-macam ukuran droplet:
Veri coarse spray
lebih 300 µm
Coarse spray
400-500 µm
Medium spray
250-400 µm
Fine spray
100-250 µm
Mist
50-100 µm
Aerosol
0,1-50 µm
Fog
5-15 µm

5. Ukuran partikel
Ada bermacam-macam ukuran partikel:
Macrogranules
lebih 300 µm
Microgranules
100-300 µm
Coarse dusts
44-100 µm
Fine dusts
kurang 44 µm
Smoke
0,001-0,1 µm

6. Ukuran molekul hanya ada satu macam, yatu kurang 0,001 µm

PETUNJUK PENGGUNAAN PESTISIDA

1. Memilih pestisida
Di pasaran banyak dijual formulasi pestisida yang satu sama lain dapat berbeda nama dagangnya, walaupun mempunyai bahan aktif yang sama. Untuk memilih pestisida, pertama yang harus diingat adalah jenis jasad pengganggu yang akan dikendahikan. Hal tersebut penting karena masing-masing formulasi pestisida hanya manjur untuk jenis jasad pengganggu tertentu. Maka formulasi pestisida yang dipilih harus sesuai dengan jasad pengganggu yang akan dikendalikan. Untuk mempermudah dalam memilih pestisida dapat dibaca pada masing-masing label yang tercantum dalam setiap pestisida. Dalam label tersebut tercantumjenis-jenis jasad pengganggu yang dapat dikendahikan. Juga tercantum cara penggunaan dan bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan.
Untuk menjaga kemanjuran pestisida, maka sebaiknya belilah pestisida yang telah terdaftar dan diizinkan oleb Departemen Pertanian yang dilengkapi dengan wadah atau pembungkus asli dan label resmi. Pestisida yang tidak diwadah dan tidak berlabel tidak dijamin kemanjurannya.
2. Menyimpan pestisida
Pestisida senantiasa harus disimpan dalam keadaan baik, dengan wadah atau pembungkus asli, tertutup rapat, tidak bocor atau rusak. Sertakan pula label asli beserta keterangan yang jelas dan lengkap. Dapat disimpan dalam tempat yang khusus yang dapat dikunci, sehingga anak-anak tidak mungkin menjangkaunya, demikian pula hewan piaraan atau temak. Jauhkan dari tempat minuman, makanan dan sumber api. Buatlah ruang yang terkunci tersebut dengan ventilasi yang baik. Tidak terkena langsung sinar matahari dan ruangan tidak bocor karena air hujan. Hal tersebut kesemuanya dapat menyebabkan penurunan kemanjuran pestisida.
Untuk berjaga-jaga apabila sewaktu-waktu pestisida tumpah, maka harus disediakan air dan sabun ditergent, beserta pasir, kapur, serbuk gergaji atau tanah sebagai penyerap pestisida. Sediakan pula wadah yang kosong, sewaktu-waktu untuk mengganti wadah pestisida yang bocor.
3. Menggunakan pestisida
Untuk menggunakan pestisida harus diingat beberapa hal yang harus diperhatikan:
* Pestisida digunakan apabila diperlukan
* Sebaiknya makan dan minum secukupnya sebelum bekerja dengan pestisida
* Harus mengikuti petunjuk yang tercantum dalam label
* Anak-anak tidak diperkenankan menggunakan pestisida, demikian pula wanita hamil dan orang yang tidak baik kesehatannya
* Apabila terjadi luka, tutuplah luka tersebut, karena pestisida dapat terserap melalui luka
* Gunakan perlengkapan khusus, pakaian lengan panjang dan kaki, sarung tangan, sepatu kebun, kacamata, penutup hidung dan rambut dan atribut lain yang diperlukan
* Hati-hati bekerja dengan pestisida, lebih-lebih pestisida yang konsentrasinya pekat. Tidak boleh sambil makan dan minum
* Jangan mencium pestisida, karena pestisida sangat berbahaya apabila tercium
* Sebaiknya pada waktu pengenceran atau pencampuran pestisida dilakukan di tempat terbuka. Gunakan selalu alat-alat yang bersih dan alat khusus
* Dalam mencampur pestisida sesuaikan dengan takaran yang dianjurkan. Jangan berlebih atau kurang
* Tidak diperkenankan mencampur pestisida lebih dari satu macam, kecuali dianjurkan
* Jangan menyemprot atau menabur pestisida pada waktu akan turun hujan, cuaca panas, angin kencang dan arah semprotan atau sebaran berlawanan arah angin. Bila tidak enak badan berhentilah bekerja dan istirahat secukupnya
* Wadah bekas pestisida harus dirusak atau dibenamkan, dibakar supaya tidak digunakan oleh orang lain untuk tempat makanan maupun minuman
* Pasanglah tanda peringatan di tempat yang baru diperlakukan dengan pestisida
* Setelah bekerja dengan pestisida, semua peralatan harus dibersihkan, demikian pula pakaian-pakaian, dan mandilah dengan sabun sebersih mungkin.

PETUNJUK KEAMANAN, PERTOLONGAN PERTAMA PADA KERACUNAN

* Petunjuk Keamanan
o Jangan makan/minum atau merokok pada waktu bekerja.
o Pakailah sarung tangan, pelindung tubuh, topeng muka, gunakan pakaian berlengan panjang /celana panjang serta jauhkan dari nyala api pada waktu membuka wadah dan memindahkan pada waktu bekerja
o Sebelum makan, minum atau merokok dan setelah bekerja, cucilah tangan atau kulit yang terkena insektisida ini dengan air sabun, yang banyak, jangan menggunakan insektisida ini 10 hari sebelum tanaman dipanen untuk tanaman pangan.
o Setelah digunakan cucilah dengan air semua peralatan semprot dan pakaian pelindung jangan mencemari kolam, perairan dan sumber air lainnya dengan insektisida ini atau wadah bekasnya.
o Simpan insektisida ini secara tertutup rapat di tempat sejuk dan kering, jauh dari bahan makanan, api, sumber air dan jangkauan anak-anak.
o Rusakkanlah wadah bekasnya, kemudian tanamlah sekurang-kurangnya 0,5 meter di dalam tanah dan jauh dari sumber air.

* Gejala Dini Keracunan
o Kulit atau mata terasa gatal atau terbakar, pusing, sakit kepala, banyak menimbulkan keringat, mual, mencret,badan gemetar, pingsan.
o Apabila satu atau lebih gejala tersebut timbul, segera berhenti bekerja, lakukan tindakan pertolongan pertama dan pergilah ke Puskesmas/dokter terdekat.

* Petunjuk Pertolongan Pertama pada Keracunan
o Tanggalkan pakaian yang terkena insektisida ini.
o Apabila kulit terkena, segera cuci dengan sabun dan air yang banyak.
o Apabila mata terkena, cucilah segera dengan air bersih selama sedikitnya 15 menit.
o Apabila tertelan dan penderita masih sadar, segera usahakan permuntahan dengan memberikan segelas air hangat yang diberi 1 sendok garam dapur atau dengan cara menggelitik tenggorokan penderita dengan jari tangan yang bersih sampai cairan muntahan menjadi jernih.
o Jangan memberi sesuatu melalui mulut kepada penderita yang pingsan/tidak sadar.
o Apabila terhisap segera dibawa ke ruangan yang berudara sejuk/segar, apabila perlu berikan pernafasan buatan melalui mulut atau dengan pemberian oksigen.

* Perawatan oleh Dokter
Perawatan dilakukan secara simptomatik sesuai dengan gejala yang timbul
 MACAM – MACAM PESTISIDA NABATI/ALAMI DAN CARA PEMBUATANNYAJanuary 6, 2009 at 7:57 am 52 commentsSeperti yang sudah pernah saya ulas dalam web-blog saya yang lalu tentang pestisida Nabati/alami,  disini saya akan menambahkan tentang macam-macam pestisida nabati/alami yang dapat dipilih dan dipakai oleh para petani/pehobis untuk menanggulangi pengendalian hama penyakit tanamannya.   Disini tergantung dengan sumber bahan dasar yang ada di wilayah masing-masing sehingga akan lebih mudah dan biaya pembuatannya pun semakin  murah.Macam – macam Pestisida Nabati/Alami1. Pestisida Nabati “Daun Pepaya”Daun pepaya mengandung bahan aktif  “Papain”,  sehingga efektif untuk mengendalikan “ulat dan hama penghisap”.Cara Pembuatannya:- 1 kg daun pepaya segar di rajang-  Hasil rajangan di rendam dalam 10 liter air,  2 sendok makan minyak      tanah,  30 gr detergen, diamkan semalam.- Saring larutan hasil perendaman dengan kain halus.- Semprotkan larutan hasil saringan ke tanaman.2.  Pestisida Nabati  “Biji Jarak”Biji Jarak mengandung “Reisin dan Alkaloit” ,  efektif untuk mengendalikan ulat dan hama penghisap (dalam bentuk larutan ),  Juga efektif untuk mengendalikan nematoda/cacing (dalam bentuk serbuk).Cara Pembuatannya:- Tumbuk 1 biji jarak dan panaskan selama 10 menit dalam air 2 liter, tambahkan 2 sendok makan minyak tanah dan 50 gr deterjen lalu diaduk.- Saring larutan hasil perendaman, tambahkan air kembali 10 liter.- Siap dipergunakan dengan cara di semprot kan ke tanaman.3. Pestisida Nabati ” Daun Sirsak “Daun sirsak mengandung bahan aktif  “Annonain dan Resin “.  Efektif untuk mengendalikan hama ” Trip “Cara Pembuatan :- Tumbuk halus 50 – 100 lembar daun sirsak.- Rendam dalam 5 liter air, + 15 gr detergen, aduk rata dan diamkan semalam.- Saring dengan kain halus- Dicairkan kembali 1 liter larutan pestisida dengan 10 – 15 liter air-  Siap disemprotkan ke tanaman.4.  Pestisida Nabati ” Daun Sirsak  dan Jeringau “Rimpang jeringau mengandung ” Arosone, Kalomenol, Kalomen, Kalomeone, Metil eugenol, Eugenol “.Efektif untuk mengendalikan ” hama wereng coklat “.Cara Pembuatan:- Tumbuk  halus segenggam daun sirsak , segenggam rimpang jeringau, 20 siung bawang putih.- Rendam dalam air sebanyak 20 liter, di + 20 gr sabun colek, aduk rata dan di biarkan semalam.- Saring dengan kain halus.- Encer kan 1liter pestisida dengan 50 -60 liter air- siap di semprotkan ke tanaman.5.  Pestisida Nabati ” Pacar Cina “Pacar Cina mengandung minyak atsiri, alkaloid, saponin, flavonoin,  dan tanin.  Efektif untuk mengendalikan ” Hama ulat “.Cara Pembuatan:- Tumbuk 50 -100 gr ranting atau kulit batang pacar cina, tambah 1 liter air, tambah 1 gr detergen  kemudian direbus selama 45-75 menit dan diaduk  agar menjadi larutan.- saring dengan  kain halus.- siap disemprotkan ke tanaman.6.  Pestisida Nabati ” Rendaman Daun Tembakau “Daun tembakau mengandung  nikotin.  Efektif untuk mengendalikan hama penghisap.Cara Pembuatan :- Rajang 250 gr ( sekitar 4 daun ) tembakau dan direndam dalam 8 liter air selama semalam.- Tambahkan 2 sendok detergen, aduk merata kemudian disaring.-  Siap disemprotkan ke tanaman.7.  Pestisida Nabati ” Daun Sirih Hutan “Daun sirih hutan mengandung ” fenol dan kavokol “. Efektif untuk hama penghisap.Cara Pembuatan:- Tumbuk halus 1 kg daun sirih hutan segar, 3 siung bawang merah, 5 batang serai.- Tambahkan air 8 – 10 liter air, 50 gr deterjen dan diaduk rata.- Saring dengan kain halus- Siap disemprotkan ke tanaman.8.  Pestisida Nabati ” Umbi Gadung “Umbi gadung mengandung diosgenin, steroid saponin, alkohol dan fenol.  Efektif untuk mengendalikan ulat dan hama penghisap.Cara Pembuatan :- Tumbuk halus 500 gr umbi gadung dan peras dengan batuan katong kain halus.- Tambahkan 10 liter air , aduk rata dan siap di semprotkan ke tanaman.9.  Pestisida Nabati ” Daun Mimba “Daun mimba mengandung  Azadirachtin, salanin, nimbinen dan meliantriol.  Efektif  mengendalikan ulat, hama penghisap, jamur, bakteri, nematoda dll.Cara pembuatana. Dengan ” Biji Mimba “- Tumbuk halus 200 -300 gr biji mimba- rendam dalam 10 liter air semalam- Aduk rata dan saring, siap disemprotkan ketanaman.b. Dengan ” Daun Mimba “- Tumbuk halus 1 kg daun mimba kering bisa juga dengan daun segar.- Rendam dalam 10 liter air semalam, aduk rata , saring dan siap untuk disemprotkan ke tanaman.c. Untuk mengendalikan ” nematoda puru akar ” pada tanaman tembakau lakukan 15 -30 gr daun mimba kering atau 5 -10 gr biji mimba ditumbuk halus, kemudian diberikan untuk setiap lubang tanaman tembakau.d. Untuk mengendalikan ” Jamur Fusarium dan Sclerotium “. sebanyak 2 -6 gr biji mimba ditumbuk lalu rendam selama 3 hari dengan air 1 liter.  Lalu disaring dan siap di semprotkan ke tanaman.10.  Pestisida Nabati ” Srikaya dan Nona Seberang “Srikaya dan nona seberang mengandung annonain dan resin.  Efektif  untuk mengendalikan ulat dan hama pengisap.Cara Pembuatan- Tumbuk hingga halus 15 -25 gr biji srikaya/nona seberang- Rendam dalam 1 liter air, 1gr deterjen , aduk rata dan biarkan 1 malam, kemudian saring dan siap disemprotkan ketanaman.11.  Pestisida Nabati “  Daun Gamal “Daun gamal mengandung Tanin.  Efektif untuk mengendalikan ulat dan hama penghisap. Daun gamal bila ditambah dengan minyak tanah dan detergen akan dapat dipakai sebagai insektisida.  Penggunaan nya harus hati2 karena dengan adanya minyak tanah mengakibatkan tanaman terbakar dan bau bila mendekati panen.12.  Pestisida  Nabati ” Daun Mimba dan Umbi Gadung “.Efektif untuk mengendalikan ulat dan hama penghisap.Cara Pembuatan- Tumbuk halus 1kg daun mimba dan 2 buah umbi gadung racun, ditambah 20 liter air, 10 gr detergen dan aduk rata kemudian diamkan semalam, saring  dan siap untuk di semprotkan ke tanaman.13.  Pestisida Nabati “Serbuk Bunga Piretrum “Serbuk bunga piretrum mengandung bahan “Piretrin “. Efektif untuk mengendalikan ulat.Cara Pembuatan- Rendan serbuk bunga piretrum sebanyak 25 gr dalam 10 liter air- tambah 10 gr detergen, aduk rata dan biarkan semalam kemudian disaring dan siap disemprotkan ke tanaman. Pestisida adalah racun yang di gunakan untuk membasmi atau mengendalikan serangga/ hama tanaman yang merugikan. Ada banyak jenis jenis pestisida berdasarkan bahan kimia yang di gunakan untuk membuatnya. Pestisida sangat berbahaya jika sampai meracuni tubuh kia. Dari begitu banyak macam pestisida, di antaranya adalah sebagai berikut.
Paraquat Paraquat adalah bahan racun yang sangat kuat yang dapat mengakibatkan luka serius pada kulit, mata, hidung, dan tenggorokan.Paraquat dapat menyebabkan bisul pada kulit dan tenggorokan, dan juga pendarahan hebat pada hidung. Paraquat merusak kuku jari, kadang hingga lepas. Paraquat juga dapat menyebabkan kegagalan fungsi hati dan ginjal. Paraquat dapat menyebabkan luka pada paru-paru yang dapat menyebabkan kematian kerena sulit bernafas.
Paraquat dalam jumlah yang sedikit sekalipun dapat menyebabkan kematian, terutama jika zat ini ditelan. Banyak pekerja yang mati karena paraquat yang diserap tubuh melalui kulit. Paraquat telah menyebabkan kematian di berbagai penjuru dunia.
Metal bromide Metil bromida adalah suatu gas yang tidak berwarna dan tidak berbau (dalam kadar kecil). Karena itulah maka gas chloropicrin sering kali ditambahkan dalam formula metil bromida agar dapat lebih mudah dilacak keberadaannya.
Metil bromida sangat berbahaya dan dapat menyebabkan luka pada paru-paru, menyebabkan sulit bernafas, pneumonia, dan berkumpulnya cairan di paru-paru. Gejala-gejala ini mungkin baru akan muncul setelah beberapa jam terkena pestisida. Jika zat ini terkena ke kulit, akan menyebabkan gatal-gatal, melepuh, atau bahkan luka bakar yang serius.
Beberapa korban keracunan metil bromida yang selamat mungkin menderita kerusakan permanen pada sistem syarafnya yang akan menyebabkan perubahan kepribadian, kehilangan ingatan, kecemasan, sulit berkonsentrasi, dan masalah mental lainnya.
Organofosfat Jenis pestisida yang paling beracun adalah yang mirip dengan gas syaraf, yaitu jenis Organofosfat dan Metilcarbamat. Pestisida jenis ini sangat berbahaya karena mereka menyerang cholinesterase, suatu bahan yang diperlukan oleh sistem syaraf kita agar dapat berfungsi dengan normal. Pestisida jenis ini menurunkan kadar cholinesterase dan hal inilah yang memunculkan gejala-gejala keracunan. Pestisida adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak, memikat, atau mencegah organisme pengganggu tumbuhan (OPT).  Ada 2 macam pestisida, yaitu pestisida kimiawi dan pestisida non kimiawi.  Pestisida kimiawi berdasarkan sasarannya dapat berupa insektisida (serangga), fungisida (fungi/jamur), rodentisida (hewan pengerat), herbisida (gulma), akarisida (tungau), nematisida (nematoda), dan bakterisida (bakteri).  Sedangkan pestisida non kimiawi  antara lain pestisida biologis (agens pengendali hayati (APH)) dan pestisida nabati (pesnab).Sampai saat ini sudah dikembangkan APH di Direktorat Jenderal perkebunan antara lain: Beauveria bassiana untuk PBK dan PBKo (Hypothenemus hampei), Metarhizium anisopliae untuk Oryctes rhinoceros L. pada kelapa, Arthogotrys sp. untuk penyakit kuning (lethal yellowing) pada lada, Trichoderma sp. untuk busuk pangkal batang (Phytophthora capsici) pada lada  Sedangkan pesnab yang sudah dikembangkan adalah salah satunya ekstrak nimba (Azadirachta indica) untuk Helopeltis sp., Empoasca sp., Fusarium sp., Phytophthora sp., dan Meloidogyne sp.Penggunaan pestisida yang kurang bijaksana dan cenderung berlebihan serta tidak tepat sasaran sering mengakibatkan ketidakberhasilan dalam mengendalikan serangan hama dan penyakit, bahkan memacu peningkatan serangan OPT.
Perlu adanya konsep pengendalian yang terpadu dan berkesinambungan yaitu pengendalian hama terpadu (PHT). Konsep PHT ini adalah suatu cara pengendalian OPT yang didasarkan pada pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan agro ekosistem yang baik dengan strategi memadukan semua metode pengendalian OPT yang ada secara kompatibel dan optimal serta sesuai dengan keadaan ekosistem setempat (Ditjenbun, 2009).Pestisida dipergunakan pada saat, tempat, dosis, dan cara yang tepat. Penggunaan pestisida bertujuan untuk menurunkan popullasi OPT pada tingkat populasi keseimbangan, yang pada tingkat tersebut musuh alami akan mampu mengendalikan populasi OPT secara mantap. Selama agens pengendali alami dan keadaan lingkungan pertanian yang kita kembangkan melalui teknik  budidaya (kultur teknis) telah mampu mempertahankan populasi hama dalam keadaan seimbang, maka perlakuan pestisida tidak diperlukan lagi.A.     Penggunaan pestisida kimiawi
Penggunaan pestisida kimiawi sebagai pilihan terakhir dari komponen PHT yang diterapkan secara bijaksana menunjukkan bahwa PHT  bukan merupakan pendekatan yang  ‘anti pestisida’, akan tetapi PHT ingin memanfaatkan pestisida sedemikian rupa  sehingga sasaran PHT dapat dicapai, yaitu populasi OPT berada dibawah ambang ekonomi dengan mengurangi sekecil mungkin dampak negatif yang mungkin ditimbulkan.Apabila hasil pengamatan mengharuskan kita mempergunakan pestisida kimiawi, maka jenis pestisida yang digunakan harus memiliki sifat sebagai berikut:1.    Selektifitas terhadap sasaran yang tinggi atau spesifik (berspektrum sempit) dan tingkat persistensinya rendah, disini dicakup pengertian penggiliran penggunaan pestisida sistemik dengan pestisida kontak guna mencegah akses resistensi.2.     Efektif  menurunkan tingkat populasi OPT sasaran yang melampaui ambang ekonominya.3.   Tidak mencemari lingkungan, berdaya residu pendek serta kandungan residunya pada produk ekspor rendah.4.     Tidak mengandung logam berat.5.    Tidak mengganggu peranan populasi musuh, alami jasad pengganggu.6.    Tidak menimbulkan fenomena  resistensi OPT, seperti terjadi resurjensi hama dan letusan hama kedua pada aplikasi insektisida.Selain memperhatikan pesyaratan tersebut di atas dan petunjuk penggunaan pada kemasan pestisida, agar pestisida dapat digunakan secara benar dan aman, maka harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:1.  Waktu aplikasia)  Dalam hubungannya dengan cuaca
   Penyemprotan hendaknya minimal dilakukan 3-4 jam sebelum hujan turun. Dilakukan pada pagi atau sore hari saat tidak banyak angin  berhembus.           b) Dalam hubungannya dengan daur hidup jasad pengganggu sasaran
    Penyemprotan dilakukan pada stadium hidup yang paling lemah (peka) dari jasad pengganggu yang dikendalikan. Dengan lebih sedikit jumlah aplikasi yang berhasil, diperoleh keuntungan: hemat tenaga, waktu dan jumlah pestisida.c) Dalam hubungannya dengan daur hidup tanaman inang (tanaman inang tahan terhadap pestisida).2.  Cara aplikasi    Cara aplikasi pestisida di lapangan tergantung pada tanaman (komoditi), OPT sasaran, keadaan setempat dan formulasi pestisida yang akan digunakan.  Caranya dikenal dengan penghembusan (dusting), penyemprotan (spraying), pengabutan (fogging), penyebaran butiran, fumigasi, pemasangan umpan, pengolesan (wipping), dan pencelupan (dipping).Khusus untuk aplikasi herbisida harus diperhatikan antara lain: penyemprotan secara terarah (directed), atau menyeluruh (overall), atau perlakuan herbisida pada tanah.  Hal ini penting karena herbisida bersifat selektif, misalnya paraquat dapat digunakan secara selektif pada pertanaman dengan penyemprotan yang terarah.3.  Kalibrasi alat semprotAgar pestisida dapat diaplikasikan dengan konsentrasi dan dosis yang tepat pada OPT sasaran, maka sebelum melakukan aplikasi harus dilakukan kalibrasi alat semprot yang akan digunakan.  Kalibrasi merupakan prosedur yang ditentukan berdasarkan pengukuran rata-rata dimana suatu materi/larutan didistribusikan untuk suatu kesesuaian pelaksanaan dan keadaan tertentu.  Apabila kalibrasi alat semprot dilakukan dengan ceroboh akan menyebabkan penggunaan dosis aplikasi yang berlebihan atau sebaliknya.4.  Pestisida terbatas pakaiPenggunaan pestisida terbatas pakai seperti herbisida dengan bahan aktif paraquat yang toksisitasnya terhadap mamalia sangat tinggi, sebelumnya harus mendapat ijin khusus penggunaannya dari Menteri Pertanian.  Pelaksana penyemprotan (operator) sebelumnya harus sudah mengikuti pelatihan tentang cara penanganan pestisida tersebut dengan maksud untuk menghindari akibat yang tidak diinginkan.B.     Penggunaan pestisida non kimiawiDalam rangka menjaga kelestarian alam dan keamanan serta mengurangi penggunaan pestisida sintetik telah dikembangkan pestisida nabati yang berasal dari tumbuhan yang mengandung senyawa bioaktif dan pestisida biologis yang berasal dari mikroba
Penggunaan Pestisida  Non  Kimiawi1.    Penggunaan Pestisida Biologis (Bio Pesticide)Pada saat ini telah dikembangkan beberapa jenis pestisida biologis, yaitu pestisida yang dibuat dari mikroba (bakteri,virus, fungi) yang dikemas dalam bentuk formulasi tertentu misalnya dari spora bakteri Baccillus thuringiensis dan virus Baculovirus oryctes.Pestisida biologis memiliki beberapa kelebihan diantaranya: sekali disemprotkan dapat berkembang sendiri di lapangan, sasarannya selektif pada jasad pengganggu tertentu dan aman bagi lingkungan.2.    Penggunaan Pestisida Alami/NabatiPenggunaan pestisida yang berasal dari tanaman yang dapat diperoleh dari biji, buah, daun, kulit kayu maupun bagian akar secara ekstraksi perlu dikembangkan di masa mendatang. Beberapa jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai pestisida botani antara lain : nimbi, mindi, rotenone/deris, brotowali dan Chrysanthemum, yang cukup dapat dikembangkan di daerah-daerah tertentu.Keuntungan dari pestisida alami/botani adalah penggunaannya tidak berbahaya karena toksisitasnya terhadap mamalia relative rendah. Relatif mudah dan murah untuk digunakan oleh petani, berspektrum cukup luas dan tidak meninggalkan residu.C.     Tips pertolongan pertama terhadap keracunan pestisida       Sebab-sebab keracunan pestisida karena termakan (masuk ke tubuh dalam dosis yang banyak dan keracunan lambat (masuk ke tubuh secara sedikit demi sedikit melalui kulit dan hidung/pernafasan.  Gejala-gejala yang ditimbulkannya seperti penderita pusing kemudian dalam waktu singkat sadar (termakan), badan gemetar/lemah, sukar tidur, gangguan perut, berkeringat tidak  semestinya, dan gugup karena urat syaraf terganggu (Perlinbun, 1994).     Bila termakan, usahakan penderita dapat muntah dengan jalan memasukkan jari telunjuk ke dalam rongga mulut atau diberi minum air garam dengan takaran 1 gelas air diberi 2 sendok teh garam dapur.  Bila telah muntah, berikan larutan norit 50 gram dalam 1 liter air.     Bila yang termakan asam seperti Carbolineum, jangan dilakukan pemuntahan bila sudah lama terjadi (> 30 menit), tetapi harus   segera bawa ke dokter karena dapat merusak usus.  Bila peracunan baru saja terjadi, berilah minum air yang banyak  dengan putih telur.Keracunan asam  dapat diberi air sabun yang encer dan keracunan basa dapat diberi air cuka  yang encer, air jeruk atau air asam dapur .      Keracunan lambat (hidung/pernafasan), yaitu penderita dibawa keluar untuk mendapat hawa yang bersih.  Rebahkan, dada menghadap ke atas dan posisi kepala dimiringkan.  Pakaian dilonggarkan dan lakukan pertolongan pernafasan, selanjutnya badan penderita dibersihkan dari racun yang melekat.  Jika mata yang terkena racun, segera cuci dengan air  bersih yang mengalir.  



0 komentar:

Posting Komentar

Next Prev
▲Top▲