Baca selengkapnya »
Budidaya Bawang Merah (Allium ascalonicum L./Shallot/AMARYLIDACEAE/LILIACEAE)
1. Cultivar: Sumenep, Lokal Brebes, Ampenan, Tanduyong, Ilocos.
2. Pemilihan bibit: Bibit bawang merah dipilih yang sehat : warna
mengkilat, kompak/tidak keropos, kulit tidak luka dan telah disimpan 2-3 bulan
setelah panen.
3. Persiapan lahan : Lahan dibuat bedengan dengan lebar 0.9 m.
Diantara bedengan dibuat parit dengan lebar 0,6m dan kedalaman 0,5 m
(sistem surjan), Bila pada lahan kering kedalaman parit dibuat lebih
dangkal. Tanah diatas bedengan dicangkul atau dibajak sedalam 20 cm sampai
gembur. Jarak tanam bawang merah pada musim kemarau 15x15 cm atau 15x20
cm, sedang pada musim hujan 15x20 cm atau 20x20 cm. Jika pH tanah kurang
dari 5.6, dilakukan pengapuran dengan menggunakan Kaptan atau Dolomit minimal
2 minggu sebelum tanam dengan dosis 1-1,5 ton/ha. Pupuk kandang sebanyak 15-20
ton/ha atau kompos matang sebanyak 5-10 ton/ha disebar dan diaduk rata dalan
lapisan olah 1 minggu sebelum tanam.
4. Penanaman
Jika umur simpan bibit yang akan ditanam kurang dari 2 bulan, dilakukan
“pemogesan” (pemotongan ujung umbi) kurang lebih 0,5 cm untuk memecahkan masa
dormansi dan mempercepat pertumbuhan tanaman. Kemudian umbi bibit ditanam
dengan cara membenamkan seluruh bagian umbi.
5. Pemeliharaan
5.1. Penyiraman. Dilakukan sesuai dengan umur tanaman : umur 0-10
hari, 2x /hari (pagi dan sore hari), umur 11-35 hari, 1x/hari (pagi hari), umur
36-50 hari, 1x/hari (pagi atau sore hari).
5.2. Pemupukan. Pemupukan dasar dilakukan pada saat tanam
(Preplant), sedangkan pemupukan susulan dilakukan pada umur 14 hari dan umur 35
hari setelah tanam.
Jenis yang diberikan adalah Urea, ZA, SP-36, pupuk diaduk rata dan diberikan di
sepanjang garitan tanaman. Perkiraan dosis dan waktu aplikasi pemupukan
disajikan pada Tabel 2. Rekomendasi Pupuk untuk Bawang Merah pada Tanah Mineral
dengan Tingkat Kandungan P dan K Sedang (Maynard and Hocmuth, 1999)
5.3. Penyiangan:dilakukan minimal dua kali/musim, yaitu menjelang
dilakukannya pemupukan susulan.
Pengendalian Hama dan Penyakit. Pengendalian HPT
dilakukan bila perlu saja, yaitu bila terlihat gejala adanya serangga atau
penyakit. Untuk mengendalikannya disemprotkan insektisida, fungisida sesuai
dosis yang dianjurkan atau mencabut tanaman dan membakarnya .
6. Panen dan Pasca Panen
Untuk bawang konsumsi, waktu panen ditandai dengan 60-70% daun telah rebah,
sedangkan untuk
bibit kerebahan daun lebih dari 90%. Panen dilakukan waktu udara cerah.
Pada waktu panen, bawang merah diikat dalam ikatan-ikatan kecil (1-1,5
kg/ikat), kemudian dijemur selama 5-7 hari. Setelah kering “askip” (penjemuran
5-7 hari ), 3-4 ikatan bawamg merah diikat menjadi satu , kemudian bawang
dijemur dengan posisi penjemuran bagian umbi diatas selama 3-4 hari. Pada
penjemuran tahap kedua dilakukan pembersihan umbi bawang dari tanah dan
kotoran. Bila sudah cukup kering (kadar air kurang lebih 85%), umbi bawang
merah siap dipasarkan atau disimpan di gudang.
PEMUPUKAN NPK PADA BAWANG MERAH DI LAHAN TADAH HUJAN
|
Rancangan
percobaan yang digunakan adalah acak kelompok dengan 3 ulangan. Dosis N, P
dan K yang dicoba terdiri dari 4 tingkat, yaitu : 0, 25, 50 dan 75 kg/ha.
Dan dari
perpaduan tersebut didapatkan 12 kombinasi perlakuan pupuk NPK. Bibit bawang
merah yang digunakan adalah varietas lokal Brebes, ditanam pada petak
percobaan berukuran 1,5 x 3 m dengan jarak tanam 10 x 30 cm.
Pupuk N
(sumber urea) diberikan pada umur 14 dan 35 hst, pupuk P dan K (sumber TSP dan
KCI) diberikan pada saat tanam.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kombinasi pemupukan NPK yang sebanding (50-50-50
kg/ha) memberikan tinggi tanaman dan jumlah umbi yang terbaik.
Hasil umbi
bawang merah yang tinggi diperoleh pada dosis N (50-75 kg/ha) P 50 kg/ha dan
K 50-75 kg/ha sebesar 6,20-6,57 t/ha. Bawang merah pada lahan tadah hujan di
Jakenan, Kabupaten Pati respon terhadap pemupukan NP, khususnya K
|
Tabel 1.
Produksi umbi kering tujuh varietas bawang merah pada dua musim tanam "
off season’ (di luar musim)
Varietas
|
Berat Umbi Kering (ton/ha)
|
01/08/95
|
Januari 1996
|
Probolinggo
|
Buleleng
|
Probolinggo
|
Buleleng
|
Kuning
BaliIjo
Sumenep
Bima
Philiphine
Ampenan
Bauji
|
4.3
4.9
2.4
5.2
6.1
4.5
4.0
|
4.27
7.02
4.38
6.78
8.05
5.14
4.55
|
7.5
9.1
5.5
8.3
7.9
6.5
9.7
|
7.76
12.1
7.73
8.69
8.47
8.48
9.05
|
Sumber : BPTP Karangploso
- Malang
Cara Pengolahan
Tanah yang Baik
Pengelolaan tanaman yang
dimulai sejak pengolahan tanah hingga penanaman harus disesuaikan dengan musim
tanamnya. Di Kabupaten Nganjuk, petani menanam bawang merah dengan bedengan
baik pada musim hujan maupun musim kemarau. Biasanya bedengan yang digunakan
pada musim kemarau di dibuat tidak terlalu tinggi. Cara yang terbaik untuk
penanaman pada musim kemarau maupun musim penghujan adalah menggunakan bedengan
dengan kondisi tanah sudah diolah hingga gembur. Tinggi bedengan dimusim
kemarau sebaiknya menggunakan 20 cm sedangkan di musim hujan menggunakan tinggi
bedengan 50 cm.
Bibit yang siap ditanam
adalah bibit yang sudah disimpan selama 2-3 bulan. Penanaman dilakukan dengan
jarak tanam 15 x 20 cm. Umbi ditanam dengan cara dibenamkan 2/3 bagian umbi dan
selanjutnya jerami kering diatur secara merata di atas bedengan menutupi umbi
dengan ketebalan sekitar 5 cm. Pembakaran dilaksanakan segera setelah penanaman
dengan kondisi udara cerah dan angin cukup kencang supaya jerami cepat
terbakar. Sekitar 3 menit jerami akan habis terbakar sedangkan umbi bawang
merah sudah cukup hangat. Pembakaran ini berfungsi menghangatkan umbi bawang
merah sehingga mempercepat pertumbuhan tunas dan 2 hari setelah pembakaran (2
hari setelah tanam) tunas baru muncul serempak. Selain itu pembakaran jerami
berfungsi mematikan biji-biji gulma sehingga dapat mengurangi pertumbuhan gulma
sampai 2 minggu setelah tanam dan abu dari jerami juga akan menambah unsur hara
yang diperlukan oleh tanaman. Keuntungan lain dari penggunaan jerami dibakar
yaitu mengurangi tenaga kerja untuk pemotongan umbi (bibit), tanpa penggunaan
herbisida dapat mengurangi biaya produksi.
Perlu diperhatikan pula
bahwa teknologi pembakaran jerami (damen) setelah tanam akan bermanfaat bila
dilakukan di lokasi yang irigasinya tidak banyak tergenang / mengandung
biji-biji gulma.
Pemupukan yang
Efisien
Petani bawang merah
cenderung untuk menggunakan pupuk secara berlebihan yaitu ZA 1600 Kg/ha, KCl
500 Kg/ha, SP-36 400 Kg/ha yang diberikan pada umur 10, 20,30,dan 40 hst. Pemupukan
berat dikhawatirkan dapat menimbulkan kekahatan unsur hara. Kebutuhan pupuk
untuk setiap jenis tanaman berbeda tergantung pada tingkat kesuburan tanahnya.
Tindakan pemupukan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hara bagi tanaman,
terlebih lagi apabila suplai hara dalam tanah tidak mencukupi. Oleh karena itu
pemupukan yang tidak efisien malah akan meningkatkan biaya produksi. Dari hasil
penelitian, penggunaan pupuk N yang berimbang dan pemanfataan pembakaran jerami
dapat mengurangi kebutuhan pupuk N.
Pemupukan N untuk bawang merah pada musim kemarau maupun musim
hujan dapat menggunakan kisaran dosis 150 kg sampai 200 N kg/ha yang berasal
dari 1/3 bagian N Urea dan 2/3 N dari ZA serta 150 kg KCl ha yang diberikan
7 hari sebelum tanam.
Varietas Bauji yang ditanam pada musim penghujan lebih tanggap
terhadap pemupukan karena dengan dosis N yang cukup tinggi (250 kg/ha) varietas
tersebut masih menghasilkan produksi yang baik. Sedangkan varietas Philiphine
yang ditanam pada musim penghujan (cara petani) produksinya sangat rendah
karena tidak tahan terhadap serangan penyakit dan tanaman mudah rebah serta
daun mudah londot (lunak berair) bila terkena hujan.
Pengendalian
Hama dan Penyakit
Petani umumnya
menggunakan pestisida yang berlebihan. Padahal hal ini tidak akan memecahkan
masalah, bahkan masalah yang timbul bertambah kompleks. Untuk menanggulangi
masalah serangan hama dan penyakit yang semakin berat saat penanaman di luar
musim serta mengurangi biaya produksi dapat dilakukan pengendalian hama dan
penyakit secara terpadu. Adapun kegiatan pengendalian hama dan penyakit terpadu
ini dilakukan berdasarkan pemantauan :
Waktu pemantauan dimulai
sejak tanaman bawang merah berumur 7 hst dan diulang setiap 2 kali/minggu.
Jumlah tanaman contoh 10 rumpun per 0,2 ha yang ditentukan secara sistematis.
Waktu aplikasi insektisida efektif bila ditemukan 5% kerusakan pertanaman
contoh. Selain itu dapat menggunakan perangkap dan Sex feromon yang
dapat menangkap serangga jantan. Setiap 1 ha dapat dipasang sekitar perangkap
yang dapat menggunakan botol plastik dengan memasukkan satu tangkai Sex
feromon dalam botol plastik. Setiap seminggu sekali Sex feromon
diganti dengan yang baru.
Gejala serangan ulat
bawang ditandai dengan bercak putih transparan pada daun, karena daging daunnya
dimakan. Pengendalian secara mekanik dilakukan dengan cara mengumpulkan dan
memusnahkan telur dan larvanya. Bila kerusakan tanaman lebih dari 7 % perlu
disemprot dengan Insektisida efektif seperti Turex WP. Penyemprotan bisa
dilakukan 2 kali seminggu pada waktu pagi hari tergantung kondisi hamanya.
Gejala serangan Thrips
ditandai dengan adanya bercak putih pada daun. Pada serangan hebat seluruh
areal pertanaman berwarna putih dan akhirnya tanaman mati. Serangan hebat
terjadi pada suhu udara rata-rata di atas normal dan kelembaban lebih dari 70%.
Pengendalian Thrips dapat dilakukan dengan menggunakan Insektisida
Winder 100EC.
Serangan penyakit bercak
ungu atau trotol (Altenaria porii) yang menyerang bawang merah bisa
dikendalikan dengan Kocide 54WDG. Untuk menanggulangi penyakit tersebut
dilakukan penyemprotan setelah turun hujan. Adapun gejala serangan layu Fusarium
ditandai dengan tanaman kurus kekuningan dan busuk pangkal. Tanaman yang
terserang dicabut dan dimusnahkan.
Guna mengurangi spora
penyakit ini yang menempel pada daun. Bila kerusakan lebih dari 10% maka dapat
dilakukan penyemprotan menggunakan Fungisida anjuran seperti Kocide 54WDG.
Untuk mengendalikan hama
dan penyakit selain menggunakan pestisida juga perlu dilakukan waktu penanaman
yang serempak, sanitasi terhadap sisa-sisa tanaman terserang hama atau penyakit
dengan membakar atau mengubur tanaman yang sakit dalam tanah, perbaikan sistem
drainase dan penggunaan umbi bibit yang bebas penyakit.
Berdasarkan uraian
diatas, maka untuk mengatasi fluktuasi pasokan bawang merah di pasaran, upaya
pemenuhan komoditas tersebut dengan menanam di luar musim merupakan suatu
langkah yang positif. Namun, perlu adanya pertimbangan yang cukup matang dalam
melakukan budidaya tersebut di luar musim. Hal ini berkaitan dengan besarnya
resiko yang akan dihadapi sebagai akibat kurangnya daya dukung lingkungan di
luar musim.
·
Beberapa Unsur Hara Yang
Dibutuhkan Tanaman :
Unsur hara tersebut tergolong unsur hara Essensial : Karbon (C), Hidrogen (H),
Oksigen (O), Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca), Magnesium
(Mg), Belerang (S), Besi (Fe), Mangan (Mn), Boron (B), Mo, Tembaga (Cu), Seng
(Zn) dan Klor (Cl).
·
Berdasarkan jumlah
kebutuhannya bagi tanaman, dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
Unsur Hara Makro : Unsur hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah besar, meliputi:
N, P, K, Ca, Mg, S
·
Unsur Hara Mikro: Unsur
hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah kecil : Fe, Mn, B, Mo, Cu, Zn, Cl.
Fungsi Unsur Hara Makro (n-p-k)
§ Nitrogen ( N )
-Merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan
-Merupakan bagian dari sel ( organ ) tanaman itu sendiri
-Berfungsi untuk sintesa asam amino dan protein dalam tanaman
-Merangsang pertumbuhan vegetatif ( warna hijau ) seperti daun
-Tanaman yang kekurangan unsur N gejalanya : pertumbuhan lambat/kerdil, daun
hijau kekuningan, daun sempit, pendek dan tegak, daun-daun tua cepat menguning
dan mati.
§ Phospat ( P )
-Berfungsi untuk pengangkutan energi hasil metabolisme dalam tanaman
-Merangsang pembungaan dan pembuahan
-Merangsang pertumbuhan akar
-Merangsang pembentukan biji
-Merangsang pembelahan sel tanaman dan memperbesar jaringan sel
-Tanaman yang kekurangan unsur P gejaalanya : pembentukan buah/dan biji
berkurang, kerdil, daun berwarna keunguan atau kemerahan ( kurang sehat )
§ Kalium ( K )
-Berfungsi dalam proses fotosintesa, pengangkutan hasil asimilasi, enzim dan
mineral termasuk air.
-Meningkatkan daya tahan/kekebalan tanaman terhadap penyakit
-Tanaman yang kekurangan unsur K gejalanya : batang dan daun menjadi
lemas/rebah, daun berwarna hijau gelap kebiruan tidak hijau segar dan sehat,
ujung daun menguning dan kering, timbul bercak coklat pada pucuk daun.
UNSUR HARA MIKRO YANG DIBUTUHKAN TANAMAN
Unsur hara mikro yang
dibutuhkan tanaman dalam jumlah kecil antara lain Besi(Fe), Mangaan(Mn), Seng
(Zn), Tembaga (Cu), Molibden (Mo), Boron (B), Klor(Cl).
A. Besi (Fe)
Besi (Fe) merupakan
unsure mikro yang diserap dalam bentuk ion feri (Fe3+) ataupun fero (Fe2+). Fe
dapat diserap dalam bentuk khelat (ikatan logam dengan bahan organik). Mineral
Fe antara lain olivin (Mg, Fe)2SiO, pirit, siderit (FeCO3), gutit (FeOOH),
magnetit (Fe3O4), hematit (Fe2O3) dan ilmenit (FeTiO3) Besi dapat juga diserap
dalam bentuk khelat, sehingga pupuk Fe dibuat dalam bentuk khelat. Khelat Fe
yang biasa digunakan adalah Fe-EDTA, Fe-DTPA dan khelat yang lain. Fe dalam
tanaman sekitar 80% yang terdapat dalam kloroplas atau sitoplasma. Penyerapan
Fe lewat daundianggap lebih cepat dibandingkan dengan penyerapan lewat akar,
terutama pada tanaman yang mengalami defisiensi Fe. Dengan demikian pemupukan
lewat daun sering diduga lebih ekonomis dan efisien. Fungsi Fe antara lain
sebagai penyusun klorofil, protein, enzim, dan berperanan dalam perkembangan
kloroplas. Sitokrom merupakan enzim yang mengandung Fe porfirin. Kerja
katalase dan peroksidase digambarkan secara ringkas sebagai berikut:
a. Catalase : H2O + H2O O2 + 2H2O
b. Peroksidase : AH2 + H2O A + H2O
Fungsi lain Fe ialah sebagai pelaksana pemindahan electron dalam proses
metabolisme. Proses tersebut misalnya reduksi N2, reduktase solfat, reduktase
nitrat. Kekurangan Fe menyebabakan terhambatnya pembentukan klorofil
dan akhirnya juga penyusunan protein menjadi tidak sempurna Defisiensi Fe
menyebabkan kenaikan kaadar asam amino pada daun dan penurunan jumlah ribosom
secara drastic. Penurunan kadar pigmen dan protein dapat disebabkan oleh
kekurangan Fe. Juga akan mengakibatkan pengurangan aktivitas semua enzim.
B. Mangaan (Mn)
Mangaan diserap dalam
bentuk ion Mn++. Seperti hara mikro lainnya, Mn dianggap dapat diserap dalam
bentuk kompleks khelat dan pemupukan Mn sering disemprotkan lewat daun. Mn
dalam tanaman tidak dapat bergerak atau beralih tempat dari logam yang satu ke
organ lain yang membutuhkan. Mangaan terdapat dalam tanah berbentuk senyawa
oksida, karbonat dan silikat dengan nama pyrolusit (MnO2), manganit (MnO(OH)),
rhodochrosit (MnCO3) dan rhodoinit (MnSiO3). Mn umumnya terdapat dalam batuan
primer, terutama dalam bahan ferro magnesium. Mn dilepaskan dari batuan karena
proses pelapukan batuan. Hasil pelapukan batuan adalah mineral sekunder
terutama pyrolusit (MnO2) dan manganit (MnO(OH)). Kadar Mn dalam tanah berkisar
antara 300 smpai 2000 ppm. Bentuk Mn dapat berupa kation Mn++ atau mangan
oksida, baik bervalensi dua maupun valensi empat. Penggenangan dan pengeringan
yang berarti reduksi dan oksidasi pada tanah berpengaruh terhadap valensi Mn.
Mn merupakan penyusun ribosom dan juga mengaktifkan polimerase, sintesis protein,
karbohidrat. Berperan sebagai activator bagi sejumlah enzim utama dalam siklus
krebs, dibutuhkan untuk fungsi fotosintetik yang normal dalam kloroplas,ada
indikasi dibutuhkan dalam sintesis klorofil. Defisiensi unsure Mn antara
lain : pada tanaman
berdaun lebar, interveinal chlorosis pada daun muda mirip kekahatan Fe tapi
lebih banyak menyebar sampai ke daun yang lebih tua, pada serealia
bercak-bercak warna keabu-abuan sampai kecoklatan dan garis-garis pada bagian
tengah dan pangkal daun muda, split seed pada tanaman lupin.
C. Seng (Zn)
Zn diserap oleh tanaman
dalam bentuk ion Zn++ dan dalam tanah alkalis mungkin diserap dalam bentuk
monovalen Zn(OH)+. Di samping itu, Zn diserap dalm bentuk kompleks khelat,
misalnya Zn-EDTA. Seperti unsure mikro lain, Zn dapat diserap lewat daun. Kadr
Zn dalam tanah berkisar antara 16-300 ppm, sedangkan kadar Zn dalam tanaman
berkisar antara 20-70 ppm. Mineral Zn yang ada dalam tanah antara lain sulfida
(ZnS), spalerit [(ZnFe)S], smithzonte (ZnCO3), zinkit (ZnO), wellemit (ZnSiO3
dan ZnSiO4). Fungsi Zn antara lain : pengaktif enim anolase, aldolase, asam
oksalat dekarboksilase, lesitimase,sistein desulfihidrase, histidin deaminase,
super okside demutase (SOD), dehidrogenase, karbon anhidrase, proteinase dan
peptidase. Juga berperan dalam biosintesis auxin, pemanjangan sel dan ruas
batang.
Ketersediaan Zn menurun dengan naiknya pH, pengapuran yang berlebihan sering
menyebabkan ketersediaaan Zn menurun. Tanah yang mempunyai pH tinggi sering
menunjukkan adanya gejala defisiensi Zn, terytama pada tanah berkapur.
Adapun gejala defisiensi Zn antara lain : tanaman kerdil, ruas-ruas batang
memendek, daun mengecil dan mengumpul (resetting) dan klorosis pada daun-daun
muda dan intermedier serta adanya nekrosis.
D. Tembaga (Cu)
Tembaga (Cu) diserap
dalam bentuk ion Cu++ dan mungkin dapat diserap dalam bentuk senyaewa kompleks
organik, misalnya Cu-EDTA (Cu-ethilen diamine tetra acetate acid) dan Cu-DTPA
(Cu diethilen triamine penta acetate acid). Dalam getah tanaman bik dalam xylem
maupun floem hampir semua Cu membentuk kompleks senyawa dengan asam amino. Cu
dalam akar tanaman dan dalam xylem > 99% dalam bentuk kompleks.
Dalam tanah, Cu berbentuk senyawa dengan S, O, CO3 dan SiO4 misalnya kalkosit
(Cu2S), kovelit (CuS), kalkopirit (CuFeS2), borinit (Cu5FeS4), luvigit
(Cu3AsS4), tetrahidrit [(Cu,Fe)12SO4S3)], kufirit (Cu2O), sinorit (CuO),
malasit [Cu2(OH)2CO3], adirit [(Cu3(OH)2(CO3)], brosanit [Cu4(OH)6SO4].
Kebanyakan Cu terdapat dalam kloroplas (>50%) dan diikat oleh plastosianin.
Senyawa ini mempunyai berat molekul sekitar 10.000 dan masing-masing molekul
mengandung satu atom Cu. Hara mikro Cu berpengaruh pafda klorofil, karotenoid,
plastokuinon dan plastosianin.
Fungsi dan peranan Cu antara lain : mengaktifkan enzim sitokrom-oksidase,
askorbit-oksidase, asam butirat-fenolase dan laktase. Berperan dalam
metabolisme protein dan karbohidrat, berperan terhadap perkembangan tanaman
generatif, berperan terhadap fiksasi N secara simbiotis dan penyusunan
lignin.Adapun gejala defisiensi / kekurangan Cu antara lain : pembungaan dan
pembuahan terganggu, warna daun muda kuning dan kerdil, daun-daun lemah, layu
dan pucuk mongering serta batang dan tangkai daun lemah.
E. Molibden (Mo)
Molibden diserap dalam
bentuk ion MoO4-. Variasi antara titik kritik dengan toksis relatif besar. Bila
tanaman terlalu tinggi, selain toksis bagi tanaman juga berbahaya bagi hewan
yang memakannya. Hal ini agak berbeda dengan sifat hara mikro yang lain. Pada
daun kapas, kadar Mo sering sekitar 1500 ppm. Umumnya tanah mineral cukup
mengandung Mo. Mineral lempung yang terdapat di dalam tanah antara lain
molibderit (MoS), powellit (CaMo)3.8H2O. Molibdenum (Mo) dalam larutan sebagai
kation ataupun anion. Pada tanah gambut atau tanah organik sering terlihat
adanya gejala defisiensi Mo. Walaupun demikian dengan senyawa organik Mo
membentuk senyawa khelat yang melindungi Mo dari pencucian air. Tanah yang
disawahkan menyebabkan kenaikan ketersediaan Mo dalam tanah. Hal ini disebabkan
karena dilepaskannya Mo dari ikatan Fe (III) oksida menjadi Fe (II) oksida
hidrat.
Fungsi Mo dalam tanaman adalah mengaktifkan enzim nitrogenase, nitrat reduktase
dan xantine oksidase. Gejala yang timbul karena kekurangan Mo hampir menyerupai
kekurangan N. Kekurangan Mo dapat menghambat pertumbuhan tanaman, daun menjadi
pucat dan mati dan pembentukan bunga terlambat. Gejala defisiensi Mo dimulai
dari daun tengah dan daun bawah. Daun menjadi kering kelayuan, tepi daun
menggulung dan daun umumnya sempit. Bila defisiensi berat, maka lamina hanya
terbentuk sedikit sehingga kelihatan tulang-tulang daun lebih dominan.
F. Boron (B)
Boron dalam tanah
terutama sebagai asam borat (H2BO3) dan kadarnya berkisar antara 7-80 ppm.
Boron dalam tanah umumnya berupa ion borat hidrat B(OH)4-. Boron yang tersedia
untuk tanaman hanya sekitar 5%dari kadar total boron dalam tanah. Boron
ditransportasikan dari larutan tanah ke akar tanaman melalui proses aliran masa
dan difusi. Selain itu, boron sering terdapat dalam bentuk senyawa organik.
Boron juga banyak terjerap dalam kisi mineral lempung melalui proses substitusi
isomorfik dengan Al3+ dan atau Si4+. Mineral dalam tanah yang mengandung boron
antara lain turmalin (H2MgNaAl3(BO)2Si4O2)O20 yang mengandung 3%-4% boron.
Mineral tersebut terbentuk dari batuan asam dan sedimen yang telah mengalami
metomorfosis.
Mineral lain yang mengandung boron adalah kernit (Na2B4O7.4H2O), kolamit
(Ca2B6O11.5H2O), uleksit (NaCaB5O9.8H2O) dan aksinat. Boron diikat kuat oleh
mineral tanah, terutama seskuioksida (Al2O3 + Fe2O3).
Fungsi boron dalam tanaman antara lain berperanan dalam metabolisme asam
nukleat, karbohidrat, protein, fenol dan auksin. Di samping itu boron juga
berperan dalam pembelahan, pemanjangan dan diferensiasi sel, permeabilitas
membran, dan perkecambahan serbuk sari. Gejal defisiensi hara mikro ini antara
lain : pertumbuhan terhambat pada jaringan meristematik (pucuk akar), mati
pucuk (die back), mobilitas rendah, buah yang sedang berkembang sngat rentan,
mudah terserang penyakit.
G.Klor(Cl)
Klor merupakan unsure
yang diserap dalam bentuk ion Cl- oleh akar tanaman dan dapat diserap pula
berupa gas atau larutan oleh bagian atas tanaman, misalnya daun. Kadar Cl dalam
tanaman sekitar 2000-20.000 ppm berat tanaman kering. Kadar Cl yang terbaik
pada tanaman adalah antara 340-1200 ppm dan dianggap masih dalam kisaran hara
mikro. Klor dalam tanah tidak diikat oleh mineral, sehingga sangat mobil dan
mudah tercuci oleh air draiinase. Sumber Cl sering berasal dari air hujan, oleh
karena itu, hara Cl kebanyakan bukan menimbulkan defisiensi, tetapi justru
menimbulkan masalah keracunan tanaman. Klor berfungsi sebagai pemindah hara
tanaman, meningkatkan osmose sel, mencegah kehilangan air yang tidak seimbang,
memperbaiki penyerapan ion lain,untuk tanaman kelapa dan kelapa sawit dianggap
hara makro yang penting. Juga berperan dalam fotosistem II dari proses
fotosintesis, khususnya dalam evolusi oksigen.
Adapun defisiensi klor adalh antara lain : pola percabangan akar abnormal,
gejala wilting (daun lemah dan layu), warna keemasan (bronzing) pada daun, pada
tanaman kol daun berbentuk mangkuk.
Tiap-tiap
unsur hara mempunyai fungsi/khasiat tersendiri dan mempengaruhi proses-proses
tertentu dalam perkembangan dan pertumbuhan tanaman.
Berikut ini uraian singkat fungsi/khasiat unsur hara bagi tanaman, yakni:
1. Karbon (C). Penting sebagai pembangun
bahan organik karena sebagian besar bahan kering tanaman terdiri dari bahan
organik, diambil tanaman berupa C02.
2. Oksigen. Terdapat dalam bahan organik
sebagai atom dan termasuk pembangunan bahan organik, diambil dari tanaman
berupa C02, sumbernya tidak terbatas dan diperlukan untuk bernafas.
3. Hidrogen. Merupakan elemen pokok
pembangunan bahan organik, sumbernya dari air dan jumlahnya tidak terbatas.
4. Nitrogen (N). Diambil dan diserap oleh tanaman
dalam bentuk : NO3- NH4+
Fungsi Nitrogen bagi tanaman adalah:
a. Diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian vegetatif tanaman,
seperti daun, batang dan akar.
b. Berperan penting dalam hal pembentukan hijau daun yang berguna sekali dalam
proses fotosintesis.
c. Membentuk protein, lemak dan berbagai persenyawaan organik.
d. Meningkatkan mutu tanaman penghasil daun-daunan.
e. Meningkatkan perkembangbiakan mikro-organisme di dalam tanah.
Adapun sumber
Nitrogen adalah :
a. Terjadi
halilintar di udara ternyata dapat menghasilkan zat Nitrat, yang kemudian di
bawa air hujan meresap ke bumi.
b. Sisa-sisa tanaman dan bahan-bahan organis.
c. Mikrobia atau bakteri-bakteri.
d. Pupuk buatan (Urea, ZA dan lain-lain)
5. Fosfor. Diambil/diserap oleh tanaman dalam
bentuk : H2PO4- HPO4–
Secara umum, fungsi dari Fosfor (P) dalam tanaman dapat dinyatakan sebagai
berikut :
a. Merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar benih/tanaman muda.
b. Mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi tanaman dewasa
dan menaikkan prosentase bunga menjadi buah/biji.
c. Membantu asimilasi dan pernafasan sekaligus mempercepat pembungaan dan
pemasakan buah, biji atau gabah.
d. Sebagai bahan mentah untuk pembentukan sejumlah protein tertentu.
6. Kalium (K)
Diambil/diserap tanaman dalam bentuk : K+. Fungsi Kalium bagi tanaman adalah :
a. Membantu pembentukan protein dan karbohidrat.
b. Berperan memperkuat tubuh tanaman, mengeraskan jerami dan bagian kayu
tanaman, agar daun, bunga dan buah tidak mudah gugur.
c. Meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan dan penyakit.
d. Meningkatkan mutu dari biji/buah.
Sumber-sumber Kalium adalah :
a. Beberapa jenis mineral.b. Sisa-sisa tanaman dan lain-lain bahan organis.
c. Air irigasi serta larutan dalam tanah.
d. Pupuk Buatan (KCl, ZK dan lain-lain)
e. Abu tanaman misalnya: abu daun teh muda mengandung sekitar 50% K2O
7. Kalsium (Ca). Diambil/diserap oleh tanaman
dalam bentuk: Ca++. Fungsi kalsium bagi tanaman adalah:
a. Merangsang pembentukan bulu-bulu akar
b. Berperan dalam pembuatan protein atau bagian yang aktif dari tanaman
c. Memperkeras batang tanaman dan sekaligus merangsang pembentukan biji
d. Menetralisir asam-asam organik yang dihasilkan pada saat metabolisme
e. Kalsium yang terdapat dalam batang dan daun dapat menetralisirkan senyawa
atau suasana keasaman tanah
8. Magnesium (Mg). Diambil/diserap oleh tanaman
dalam bentuk: Mg++. Fungsi magnesium bagi tanaman ialah:
a. Magnesium merupakan bagian tanaman dari klorofil
b. Merupakan salah satu bagian enzim yang disebut Organic pyrophosphatse dan
Carboxy peptisida
c. Berperan dalam pembentukan buah
Sumber-sumber Magnesium adalah:
a. Batuan kapur (Dolomit Limestone) CaCO3MgCO3
b. Garam Epsom (Epsom salt) MgSO4.7H2O
c. Kleserit MgSO4.H2O
d. Magnesia MgO
e. Zat ini berasal dari air laut yang telah mengalami proses sedemikian:
Mg Cl2 + Ca(OH)2 ——– Mg (OH)2 + Ca Cl2
Mg (OH)2—-panas—— Mg O + H2O
f. Terpentin Mg3SiO2 (OH)4
g. Magnesit MgCO3
h. Karnalit MGCl2KCl. 6H2O
i. Basic slag
j. Kalium Magnesium Sulfat (Sulfat of Potash Magnesium)
9. Belerang (Sulfur = S). Diambil/diserap oleh
tanaman dalam bentuk: SO4-. Fungsi belerang bagi tanaman ialah:
a. Berperan dalam pembentukan bintil-bintil akar
b. Merupakan unsur yang penting dalam beberapa jenis protein dalam bentuk
cystein, methionin serta thiamine
c. Membantu pertumbuhan anakan produktif
d. Merupakan bagian penting pada tanaman-tanaman penghasil minyak, sayuran
seperti cabai, kubis dan lain-lain
e. Membantu pembentukan butir hijau daun
Sumber-sumber belerang adalah:
a. Sisa-sisa tanaman dan lain-lain bahan organis
b. Bahan ikutan dari pupuk anorganik (buatan) seperti pupuk ZA dan pupuk
Superfosfat
10.
Besi (Fe). Diambil atau diserap oleh tanaman
dalam bentuk: Fe++. Fungsi unsur hara besi (Fe) bagi tanaman ialah:
a. Zat besi penting bagi pembentukan hijau daun (klorofil)
b. Berperan penting dalam pembentukan karbohidrat, lemak dan protein
c. Zat besi terdapat dalam enzim Catalase, Peroksidase, Prinodic hidroginase
dan Cytohrom oxidase
Sumber-sumber besi adalah:
a. Batuan mineral Khlorite dan Biotit
b. Sisa-sisa tanaman dan lain-lain bahan organis
11.
Mangan (Mn). Diambil/diserap oleh tanaman
dalam bentuk: Mn++. Fungsi unsur hara Mangan (Mn) bagi tanaman ialah:
a. Diperlukan oleh tanaman untuk pembentukan protein dan vitamin terutama
vitamin C
b. Berperan penting dalam mempertahankan kondisi hijau daun pada daun yang tua
c. Berperan sebagai enzim feroksidase dan sebagai aktifator macam-macam enzim
d. Berperan sebagai komponen penting untuk lancarnya proses asimilasi
Sumber-sumber Mangan adalah:
a. Batuan mineral Pyroluste Mn O2
b. Batuan mineral Rhodonite Mn SiO3
c. Batuan mineral Rhodochrosit Mn CO3
d. Sisa-sisa tanaman dan lain-lain bahan organis
12.
Tembaga (Cu). Diambil/diserap oleh tanaman
dalam bentuk: Cu++. Fungsi unsur hara Tembaga (Cu) bagi tanaman ialah:
a. Diperlukan dalam pembentukan enzim seperti: Ascorbic acid oxydase, Lacosa,
Butirid Coenzim A. dehidrosenam
b. Berperan penting dalam pembentukan hijau daun (khlorofil)
13.
Seng (Zincum = Zn). Diambil/diserap oleh
tanaman dalam bentuk: Zn++. Fungsi unsur hara Seng (Zn) bagi tanaman ialah:
a. Dalam jumlah yang sangat sedikit dapat berperan dalam mendorong perkembangan
pertumbuhan
b. Diperkirakan persenyawaan Zn berfungsi dalam pembentukan hormon tumbuh
(auxin) dan penting bagi keseimbangan fisiologis
c. Berperan dalam pertumbuhan vegetatif dan pertumbuhan biji/buah
Seng dalam tanah terdapat dalam bentuk:
1. Sulfida Zn S
2. Calamine Zn CO3
14.
Molibdenum (Mo). Diambil/diserap oleh tanaman
dalam bentuk: Mo O4-. Fungsi unsur hara Molibdenum (Mo) bagi tanaman ialah:
a. Berperan dalam mengikat (fiksasi) N oleh mikroba pada leguminosa
b. Sebagai katalisator dalam mereduksi N
c. Berguna bagi tanaman jeruk dan sayuran
Molibdenum dalam tanah terdapat dalam bentuk Mo S2
15.
Boron (Bo).
Diambil/diserap oleh tanaman dalam bentuk: Bo O3-
Fungsi unsur hara Boron (Bo) bagi tanaman ialah:
a. Bertugas sebagai transportasi karbohidrat dalam tubuh tanaman
b. Meningkatkan mutu tanaman sayuran dan buah-buahan
c. Berperan dalam pembentukan/pembiakan sel terutama dalam titik tumbuh pucuk,
juga dalam pembentukan tepung sari, bunga dan akar
d. Boron berhubungan erat dengan metabolisme Kalium (K) dan Kalsium (Ca)
e. Unsur hara Bo dapat memperbanyak cabang-cabang nodule untuk memberikan
banyak bakteri dan mencegah bakteri parasit
Boron (Bo) dalam tanah terdapat dalam bentuk:
a. Datolix Ca (OH)2 BoSiO4
b. Borax Na2 Bo4 O2. 10H2O
16.
Khlor (Cl). Diambil/diserap oleh tanaman dalam
bentuk: Cl -. Fungsi unsur hara Khlor (Cl) bagi tanaman ialah:
a. Memperbaiki dan meninggikan hasil kering dari tanaman seperti: tembakau,
kapas, kentang dan tanaman sayuran
b. Banyak ditemukan dalam air sel semua bagian tanaman
c. Banyak terdapat pada tanaman yang mengandung serat seperti kapas, sisal
Disamping ke-16 unsur hara tersebut masih ada unsur-unsur lain yang berhubungan
erat dengan tanaman yang akan diuraikan secara ringkas, yaitu:
1. Natrium
(Na). Natrium dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman apabila tanaman yang
dimaksud menunjukkan gejala kekurangan Kalium (K).
Natrium dalam proses fisiologi dengan K, yaitu menghalangi atau mencegah
pengambilan/penyerapan K yang berlebihan.
2. Silikum
(Si). Tanaman rumput-rumputan, seperti alang-alang dan padi ternyata banyak
yang menyerap Si.
Dibandingkan dengan unsur hara N dan P, ternyata Si dalam tanaman lebih besar
jumlahnya.
3. Nikel
(Ni). Unsur ini merupakan aktifator daripada enzim, dalam bentuknya yang kecil
dapat mempercepat pertumbuhan tanaman.
4. Titan
(Ti). Unsur Titan selalu terdapat dalam tanaman, dan banyak terdapat pada
nodula dan legum. Dengan pemberian Ti SO4 nodula akan bertambah sedangkan
fiksasi menjadi lebih meningkat
5. Selenium. Jumlah yang berlebihan tidak menimbulkan kerusakan bagi tanaman,
akan tetapi menimbulkan keracunan bagi binatang yang memakan tumbuhan tersebut.
6. Vanadium.
Berfungsi mempercepat reproduksi azotobacter yang mengakibatkan meningkatnya
fiksasi N dari udara.
7. Argon.
Unsur Argon dibutuhkan tanaman untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangannya.
Kelebihan unsur ini dapat menyebabkan keracunan pada tanaman. Keracunan akar
oleh Argon banyak terdapat pada tanah persawahan.
8. Yodium. Unsur yodium walaupun keadaannya sedikit ternyata diperlukan bagi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang sehat.
Gejala Kekurangan Unsur Hara bagi Tanaman
Kekurangan salah satu
atau beberapa unsur hara akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman tidak
sebagaimana mestinya yaitu ada kelainan atau penyimpangan-penyimpangan dan
banyak pula tanaman yang mati muda.
Gejala kekurangan ini
cepat atau lambat akan terlihat pada tanaman, tergantung pada jenis dan sifat
tanaman. Ada tanaman yang cepat sekali memperlihatkan tanda-tanda kekurangan
atau sebaliknya ada yang lambat. Pada umumnya pertama-tama akan terlihat pada
bagian tanaman yang melakukan kegiatan fisiologis terbesar yaitu pada bagian
yang ada di atas tanah terutama pada daun-daunnya.
Bila tidak ada faktor lain yang mempengaruhi, maka tanda-tanda kekurangan
unsur hara terlihat sebagai berikut:
1. Kekurangan unsur hara
Nitrogen (N)
a. Warna daun hijau agak kekuning-kuningan dan pada tanaman padi warna ini
mulai dari ujung daun menjalar ke tulang daun selanjutnya berubah menjadi
kuning lengkap, sehingga seluruh tanaman berwarna pucat kekuning-kuningan.
Jaringan daun mati dan inilah yang menyebabkan daun selanjutnya menjadi kering
dan berwarna merah kecoklatan.
b. Pertumbuhan tanaman
lambat dan kerdil
c. Perkembangan buah
tidak sempurna atau tidak baik, seringkali masak sebelum waktunya
d. Dapat menimbulkan daun
penuh dengan serat, hal ini dikarenakan menebalnya membran sel daun sedangkan
selnya sendiri berukuran kecil-kecil
e. Dalam keadaan
kekurangan yang parah, daun menjadi kering, dimulai dari bagian bawah terus ke
bagian atas
2. Kekurangan unsur hara
Fosfor (P)
a. Terhambatnya
pertumbuhan sistem perakaran, batang dan daun
b. Warna daun seluruhnya
berubah menjadi hijau tua/keabu-abuan, mengkilap, sering pula terdapat pigmen
merah pada daun bagian bawah, selanjutnya mati. Pada tepi daun, cabang dan batang
terdapat warna merah ungu yang lambat laun berubah menjadi kuning.
c. Hasil tanaman yang
berupa bunga, buah dan biji merosot. Buahnya kerdil-kerdil, nampak jelek dan
lekas matang
3. Kekurangan unsur hara
Kalium (K)
Defisiensi/kekurangan
Kalium memang agak sulit diketahui gejalanya, karena gejala ini jarang
ditampakkan ketika tanaman masih muda.
a. Daun-daun berubah jadi
mengerut alias keriting (untuk tanaman kentang akan menggulung) dan
kadang-kadang mengkilap terutama pada daun tua, tetapi tidak merata.
Selanjutnya sejak ujung dan tepi daun tampak menguning, warna seperti ini
tampak pula di antara tulang-tulang daun pada akhirnya daun tampak
bercak-bercak kotor (merah coklat), sering pula bagian yang berbercak ini jatuh
sehingga daun tampak bergerigi dan kemudian mati
b. Batangnya lemah dan
pendek-pendek, sehingga tanaman tampak kerdil
c. Buah tumbuh tidak
sempurna, kecil, mutunya jelek, hasilnya rendah dan tidak tahan disimpan
d. Pada tanaman kelapa
dan jeruk, buah mudah gugur
e. Bagi tanaman berumbi,
hasil umbinya sangat kurang dan kadar hidrat arangnya demikian rendah
Khusus untuk tanaman
padi, gejala kekurangan unsur Kalium dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Daun
Daun tanaman padi yang
kekurangan Kalium akan berwarna hijau gelap dengan banyaknya bintik-bintik yang
warnanya yang menyerupai karat. Bintik-bintik itu pertama-tama muncul pada
bagian atas daun yang sudah tua, ujung daun dan tepi daun menjadi seperti
terbakar (necrotic), berwarna coklat kemerahan atau coklat kuning. Daun-daun
tua, khususnya di tengah hari akan terkulai dan daun-daun muda menggulung ke
arah atas dan memperlihatkan gejala-gejala kekurangan air
b. Batang
Batang tanaman padi yang
kekurangan Kalium akan tumbuh pendek dan kurus. Dan kebanyakan
varietas-varietas padi yang kekurangan Kalium lebih mudah rebah
c. Akar
Pertumbuhan akar biasanya
sangat terbatas, ujung akar akan tumbuh kurus dan pendek, dan akar selalu
cenderung berwarna gelam dan hitam. Akar-akar cabang dan akar rambat sangat
kurus dan selalu memperlihatkan gejala pembusukan akar.
d. Bulir dan Malai
Pertumbuhannya akan
pendek dan umumnya mempunyai persentase kehampaan buah yang tinggi. Sedang
jumlah bulir yang berisi untuk setiap helainya akan rendah, bulir-bulir padi
akan berukuran kecil dan tidak teratur bentuknya, mutu dan berat 1.000 bulir
akan berkurang, persentase bulir-bulir yang tidak berkembang dan tidak dewasa
bertambah.
4. Kekurangan unsur hara
Kalsium (Ca)
a. Daun-daun muda selain berkeriput mengalami perubahan warna, pada ujung dan
tepi-tepinya klorosis (berubah menjadi kuning) dan warna ini menjalar di antara
tulang-tulang daun, jaringan-jaringan daun pada beberapa tempat mati
b. Kuncup-kuncup muda
yang telah tumbuh akan mati
c. Pertumbuhan sistem
perakarannya terhambat, kurang sempurna malah sering salah bentuk
d. Pertumbuhan tanaman
demikian lemah dan menderita
5. Kekurangan unsur hara
Magnesium (Mg)
a. Daun-daun tua mengalami klorosis (berubah menjadi kuning) dan tampak di
antara tulang-tulang daun, sedang tulang-tulang daun itu sendiri tetap berwarna
hijau. Bagian di antara tulang-tulang daun itu secara teratur berubah menjadi
kuning dengan bercak-bercak merah kecoklatan
b. Daun-daun mudah
terbakar oleh teriknya sinar matahari karena tidak mempunyai lapisan lilin,
karena itu banyak yang berubah warna menjadi coklat tua/kehitaman dan mengkerut
c. Pada tanaman
biji-bijian, daya tumbuh biji kurang/lemah, malah kalau toh ia tetap tumbuh
maka ia akan nampak lemah sekali.
6. Kekurangan unsur hara
Belerang (S)
a. Daun-daun muda mengalami klorosis (berubah menjadi kuning), perubahan warna
umumnya terjadi pada seluruh daun muda, kadang mengkilap keputih-putihan dan
kadang-kadang perubahannya tidak merata tetapi berlangsung pada bagian daun
selengkapnya
b. Perubahan warna daun
dapat pula menjadi kuning sama sekali, sehingga tanaman tampak berdaun kuning
dan hijau, seperti misalnya gejala-gejala yang tampak pada daun tanaman teh di
beberapa tempat di Kenya yang terkenal dengan sebutan”Tea Yellow” atau”Yellow
Disease”
c. Tanaman tumbuh
terlambat, kerdil, berbatang pendek dan kurus, batang tanaman berserat, berkayu
dan berdiameter kecil
d. Pada tanaman tebu yang
menyebabkan rendemen gula rendah
e. Jumlah anakan
terbatas.
7. Kekurangan unsur hara
Besi (Fe)
Defisiensi (kekurangan)
zat besi sesungguhnya jarang terjadi. Terjadinya gejala-gejala pada bagian
tanaman (terutama daun) kemudian dinyatakan sebagai kekurangan tersedianya zat
besi adalah karena tidak seimbang tersedianya zat Fe dengan zat kapur (Ca) pada
tanah yang berlebihan kapur dan yang bersifat alkalis. Jadi masalah ini
merupakan masalah pada daerah-daerah yang tanahnya banyak mengandung kapur.
a. Gejala-gejala yang tampak pada daun muda, mula-mula secara setempat-setempat
berwarna hijau pucat atau hijau kekuning-kuningan, sedangkan tulang daun tetap
berwarna hijau serta jaringan-jaringannya tidak mati
b. Selanjutnya pada
tulang daun terjadi klorosis, yang tadinya berwarna hijau berubah menjadi
kuning dan ada pula yang menjadi putih
c. Gejala selanjutnya
yang lebih hebat terjadi pada musim kemarau, daun-daun muda banyak yang menjadi
kering dan berjatuhan
d. Pertumbuhan tanaman
seolah terhenti akibatnya daun berguguran dan akhirnya mati mulai dari pucuk.
8. Kekurangan unsur hara
Mangan (Mn)
Gejala kekurangan Mangan
(Mn) hampir sama dengan gejala kekurangan Besi (Fe) pada tanaman, yaitu:
a. Pada daun-daun muda di antara tulang-tulang dan secara setempat-setempat
terjadi klorosis dari warna hijau menjadi warna kuning yang selanjutnya menjadi
putih
b. Tulang-tulang daunnya
tetap berwarna hijau, ada yang sampai kebagian sisi-sisi dari tulang
c. Jaringan-jaringan pada
bagian daun yang klorosis mati sehingga praktis bagian-bagian tersebut mati,
mengering, ada kalanya yang terus mengeriput dan ada pula yang jatuh sehingga
daun tampak menggerigi
d. Pertumbuhan tanaman
menjadi kerdil, terutama pada tanaman sayuran tomat, seledri, kentang dan
lain-lain, begitu juga pada tanaman jeruk, tembakau dan kedelai
e. Pada tanaman gandum,
bagian tengah helai daun berwarna coklat, kemudian patah
f. Pembentukan
biji-bijian kurang baik (jelek).
9. Kekurangan unsur hara
Tembaga/Cuprum(Cu)
Kekurangan unsur hara
Tembaga (Cu) acapkali ditemukan pada tanah-tanah organik yang agak asam,
tanda-tandanya dapat dilihat sebagai berikut:
a. Pada bagian daun, terutama daun-daun yang masih muda tampak layu dan
kemudian mati (die back), sedang ranting-rantingnya berubah warna pula menjadi
coklat dan mati pula
b. Ujung daun secara
tidak merata sering ditemukan layu, malah kadang-kadang klorosis, sekalipun
jaringan-jaringannya tidak ada yang mati
c. Pada tanaman jeruk
kekurangan unsur hara tembaga ini menyebabkan daun berwarna hijau gelap dan
berukuran besar, ranting berwarna coklat dan mati, buah kecil dan berwarna
coklat
d. Pada bagian buah,
buah-buahan tanaman pada umumnya kecil-kecil warna coklat dan bagian dalamnya
didapatkan sejenis perekat (gum).
10. Kekurangan unsur hara
Seng/Zincum (Zn)
a. Terjadi penyimpangan pertumbuhan pada bagian daun-daun yang tua, yaitu:
* Bentuknya lebih kecil dan sempit daripada bentuk umumnya
* Klorosis terjadi di
antara tulang-tulang daun
* Daun mati sebelum
waktunya, kemudian berguguran dimulai dari daun-daun yang ada di bagian bawah
menuju ke puncak
b. Pada padi sawah gejala
terlihat 2 – 4 minggu setelah tanam, yaitu adanya pemutihan di bagian tengah
daun. Kekurangan yang parah menyebabkan daun tidak mau terbuka
c. Pada tanaman jagung
gejala terlihat 1 – 2 minggu setelah bibit muncul di permukaan tanah, daun-daun
muda menunjukkan garis-garis kuning dan terus menguning sampai ke dasar daun,
sedang tepi daun tetap hijau
d. Pada kacang tanah
gejala terlihat setelah tanaman berumur 1 bulan, mula-mula jaringan di antara
urat-urat dan nampak menguning dan akhirnya hanya pada urat-urat daun saja akan
tetap hijau. Tanaman kerdil dan polong sedikit.
11. Kekurangan unsur hara
Molibden (Mo)
a. Secara umum daun-daun mengalami perubahan, kadang-kadang mengalami
pengkerutan terlebih dahulu sebelum mengering dan mati. Mati pucuk (die back)
biasa pula terjadi pada tanaman yang kekurangan unsur hara Mo
b. Pertumbuhan tanaman
tidak normal, terutama pada tanaman sayuran. Daun keriput dan mengering.
12. Kekurangan unsur hara
Borium (Bo)
Walaupun unsur hara Bo
hanya sedikit saja yang diperlukan tanaman bagi pertumbuhannya, tetapi kalau
unsur ini tidak tersedia bagi tanaman gejalanya cukup serius.
a. Daun-daun yang masih muda terjadi klorosis, secara setempat-setempat pada
permukaan daun bawah yang selanjutnya menjalar kebagian tepi-tepinya. Jaringan
daun mati
b. Daun yang baru muncul
tumbuh kerdil, kuncup-kuncup mati dan berwarna kehitaman atau coklat
c. Dapat menimbulkan
penyakir fisiologis, khususnya pada tanaman sayuran, tembakau dan apel. Malah
pada jagung bisa menimbulkan tongkol tanpa biji sama sekali
d. Pada umbi-umbian
pertumbuhannya kerdil, terdapat bercak-bercak atau lubang berwarna hitam pada
umbi
e. Pada tanaman bayam dan
selada pucuk tanaman tumbuh tidak sempurna dan berwarna hitam
d. Tangkai daun seledri
membentuk celah-celah dan garis-garis tak teratur berwarna coklat. Anak-anak
daun seledri berbercak-bercak coklat.
13. Kekurangan unsur hara
Klorida (Cl)
a. Dapat menimbulkan
gejala pertumbuhan daun yang kurang normal terutama pada tanaman sayur-sayuran,
daun tampak kurang sehat dan berwarna tembaga
b. Kadang-kadang
pertumbuhan tanaman tomat, gandum dan kapas menunjukkan gejala seperti di atas.
Secara garis
besar pupuk dapat dibedakan:
1. Berdasarkan asal : Pupuk
Organik dan Pupuk Anorganik
Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa makhluk hidup yang telah
mengalami peruraian (dekomposisi) oleh mikroorganisme pengurai. Contohnya pupuk
kompos dan pupuk kandang. Pupuk organik memiliki kandungan unsur hara yang
lengkap tetapi umumnya dalam kondisi yang tidak tinggi.
Sedangkan pupuk anorganik atau pupuk buatan adalah jenis pupuk yang dibuat oleh
pabrik dengan cara mencampur berbagai bahan kimia sehingga memiliki persentase
kandungan hara tertentu yang tinggi. Contohnya : Urea SP 36, KCl , Grand-S 15 ,
Tanigro, Grand-K Kalimags dan lain-lain.
2. Menurut jenis unsur
hara yang dikandungnya : Pupuk Tunggal dan Pupuk Majemuk
Pupuk tunggal mengandung satu jenis unsur hara saja yang dapat dimanfaatkan
oleh tanaman. Biasanya berupa unsur hara makro primer, walaupun memiliki
senyawa pengiring. Contohnya Urea (45% N) SP36 (36% P2O5) dan KCl (60% K2O).
Sementara pupuk majemuk mengandung lebih dari satu jenis unsur hara yang dapat
dimanfaatkan oleh tanaman. Contohnya Grand-S 15 (15% N, 15% P2O5, 15% K2O),
TANIGRO (16% N, 20% P2O5, 0.17% MgO, 0.39% CaO), Kalimags (30% K2O, 10% MgO,
18% S) Grand-K (13% N, 46% K2O, + UH mikro). Penggunaan pupuk majemuk ini lebih
praktis karena dengan satu kali aplikasi sudah dapat mensuplai beberapa jenis
hara baik makro maupun mikro. Berdasrkan jenis hara yang dikandungnya ini,
pupuk juga dapat dibedakan menjadi pupuk makro yang mengandung hara makro
seperti Urea, TSP dan KCl, serta pupuk mikro yang mengandung hara mikro.
3. Menurut cara aplikasi
: Pupuk Akar dan Pupuk Daun
Pupuk akar merupakan pupuk yang diaplikasikan melalui akar, dapat dalam bentuk
butiran maupun kristal, contohnya : Urea, Tanigro, Grand-S 15, Kalimags,
Grand-K dan lain-lain. Sementara pupuk daun adalah pupuk yang cara aplikasinya
lewat daun melalui cara semprot dan dapat dicampur dengan pestisida, contohnya
: Mamigro, Gardena, Fitomic dan lain-lain.
4. Berdasarkan cara
melepaskan unsur hara : Fast Release dan Slow Release
Jika pupuk Fast Release ditaburkan ke tanah, dalam waktu singkat unsur hara
yang dikandungnya dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Kelemahannya , ialah terlalu
cepat habis bukan hanya diserap oleh tanaman, tetapi juga karena menguap dan
tercuci oleh air. Contohnya : Urea, ZA dan KCl.
Pupuk Slow Release atau
sering juga disebut pupuk lepas terkendali akan melepaskan unsur hara yang
dikandungnya sedikit demi sedikit sesuai dengan kebutuhan tanaman. Dengan
demikian, manfaat yang dirasakan dari satu kali aplikasi lebih lama bagi
tanaman dibandingkan dengan pupuk Fast Release . Contohnya Grand-K Prill,
KaliMagS dan Tanigro. Mekanisme ini dapat terjadi karena unsur hara yang
dikandungnya dilindungi secara mekanis dan kimiawi. Perlindungan secara mekanis
berupa pembungkus bahan pupuk dengan selaput polimer atau selaput yang mirip
dengan bahan pembungkus kapsul. Perlindungan secara kimiawi dilakukan dengan
cara mencampur bahan pupuk menggunakan bahan kimia yang aman bagi tanah dan
tanaman sehingga bahan pupuk tersebut lepas secara terkendali. Biasanya dari
segi harga, jenis pupuk ini lebih mahal dibandingkan pupuk lain, namun kualitas
merupakan jaminan.
Efektifitas pemupukan
dipengaruhi oleh pemilihan jenis pupuk, pemakaian dosis yang sesuai dengan
kebutuhan tanaman dan cara penempatan pupuk.
Dalam pemberian pupuk
perlu juga diperhatikan mobilitas (mudah tidaknya berpindah) Unsur Hara.
Artinya kita harus mengetahui apakah jenis pupuk yang kita berikan termasuk
mengandung unsur hara yang mudah berpindah, tercuci atau menguap.
Phosphor (P) hampir tidak bersifat mobil (mudah berpindah).
Akibatnya pupuk P tetap berada di tempat semula (tidak jauh dari tempat
pemberian pupuk), sehingga harus diberikan lebih banyak pada pupuk dasar dan
usahakan dekat dengan area perakaran. Pemberian pupuk P sebaiknya dengan cara
pembuatan tugalan atau larikan disamping tanaman, sebab jika dengan cara
penebaran (ditaburkan saja) pemanfaatan pupuk P cenderung tidak efektif.
Pupuk Kalium dan Nitrogen cenderung mudah bergerak (mobil) dari tempat asal
penebarannya. Pola pergerakannya vertikal ke bawah bersama air. Tidak
disarankan memberikan pupuk Kalium dan Nitrogen secara sekaligus atau satu kali
apliaksi, karena kemungkinan terjadinya penguapan atau pencucian sangat besar.
CONTOH PERHITUNGAN
Dari hasil analisa disatu jenis tanah diperoleh rekomendasi pemupukan dengan
250 gr N, 150 gr P2O5 dan 200 gr K2O per tanaman. Pupuk yang tersedia Urea (45%
N) SP36 (36% P2O5) dan KCl (60% K2O).
Berdasarkan rekomendasi
pemupukan diatas dan kenyataan ketersediaan pupuk di pasaran maka bobot pupuk
yang diperlukan adalah :
Urea yang dibutuhkan 100/45 x 250 = 555,56 gr
SP36 yang dibutuhkan100/36 x 150 = 416,67 gr
KCl yang dibutuhkan:100/60 x 200 = 333,33 gr
Tahukah anda dari 100 kg
Tanigro (16% N, 20% P2O5) dan 50 kg Kalimags (30% K2O, 10% MgO, 18% S) dapat
memberikan unsur hara apa saja dan dan jumlah berapa ?
Berdasarkan keterangan
diatas maka :
100 kg Tanigro setara dengan N = 16/100 x 100 kg = 16 kg
P2O5 = 20/100 x 100 kg = 20 kg
50 kg Kalimags setara
dengan K2O = 30/100 x 50 kg = 15 kg
MgO = 10/100 x 50 kg = 5 kg
S = 18/100 x 50 kg = 9 kg
Melanjutkan pertanyaan no
2 diatas, 100 kg Tanigro dapat menggantikan pupuk Urea dan SP-36 sebanyak ?
100 kg Tanigro
menghasilkan 16 kg N dan 20 kg P2O5 maka
Urea yang digantikan sebanyak = 100/45 x 16 kg N = 35,56 kg
SP-36 yang digantikan sebanyak = 100/36 x 20 kg P2O5 = 55,55 kg
Budidaya
Bawang Merah di Majalengka
1.1. Latar Belakang
Prospek
pengembangan komoditas hortikultura di masa mendatang cukup menggembirakan
karena permintaan yang cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah
penduduk dan berkembangnya industri hulu dan hilir yang mendukung potensi
serapan pasar di dalam dan luar negeri.
Pengembangan
agribisnis hortikultura mempunyai keunggulan dibandingkan komoditas pertanian
lainnya. Pertama dalam satuan luas lahan yang kecil dapat memberikan keuntungan
besar. Kedua, dapat memberikan jaminan pendapatan yang tinggi.
Petani
merupakan pelaku dari proses produksi tanaman. Proses produksi tanaman dimulai
dari perencanaan, persiapan lahan, pemilihan benih atau bibit, penanaman,
pemupukan, pemeliharaan, panen, dan pasca panen. Dalam perjalanannya petani
dapat memahami sifat-sifat dan karakteristik tanaman yang diusahakannya, karena
itu petani merupakan sumber informasi dalam proses produksi tanaman.
Dalam upaya
memenuhi kebutuhan akan produk hortikultura seperti bawang merah diperlukan
usaha peningkatan produksi yang mengarah kepada peningkatan efesiensi usaha
atau produktivitas, mutu produk, keanekaragaman, dan kuantitas produk. Kegiatan
ini dapat dilakukan dengan penguasaan dan aplikasi ilmu dan teknologi
pemanfaatan sumber daya alamsecara bijaksana dan optimal, pelaksanaan kegiatan
dalam skala usaha yang layak, peningkatan kualitas dan kemampuan sumber daya
manusia dalam manajemen usaha serta peningkatan kesadaran dan partisipasi
masyarakat dan swasta dalam melaksanakan agribisnis hortikultura.
Pengembangan
hortikultura perlu terus dilaksanakan mengingat:
1. Potensi lahan dan keragaman hayati yang
memungkinkan pengembangan sayuran
2. potensi permintaan sejalan dengan jumlah
penduduk dan peningkatan kesejahteraan. Konsemsi per kapita sayuran masih
rendah ( 37 kg/ kapita/tahun dibandingkan standar FAO sebesar 73
kg/kapita/tahun).
3. Peluang ekspor sayuran tinggi.
4. peran sayuran sebagai sumber pertumbuhan:
sumber pendapatan dan lapangan kerja masyarakat.
Komoditas
bawang merah merupakan komoditas sayuran unggulan di Kabupaten Majalengka,
disamping komoditas unggulan lainnya seperti kentang, tomat, cabai merah.
Untuk
mengetahui produksi bawang merah di Kabupaten Majalengka, saya melakukan
penelitian terhadap kelompok tani Sri Rahayu yang komoditasnya bawang merah di
Desa Sukasari Kidul, Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka pada tanggal 14 Mei
2009.
Komoditas
Komoditas
pertanian yang diusahakan oleh petani di desa Sukasari Kidul adalah padi,
bawang merah, bawang daun, dan ubi jalar. Tetapi komoditas yang paling dominan
adalah bawang merah.
Teknik Budidaya Tanaman
1) Benih atau Bibit
Benih yang digunakan oleh petani responden dibeli dari penangkar bibit
bawang merah di wilayah setempat dengan jenis bibit yaitu bibit lokal dengan
nama ”maja” dan bibit yang diperlukan dalam per hektarnya 1 ton perhektar atau
1000 kg.
Rendahnya produksi bawang merah dikarenakan sulitnya memperoleh benih yang
bermutu tinggi sehingga petani menggunakan benih lokal dengan mutu yang rendah
akibatnya produksi yang dicapai rendah.
2) Persiapan Lahan
Keadaan tanah yang cocok untuk tanaman bawang merah adalah subur, gembur,
banyak mengandung bahan organik (humus), tata udara dan tata airnya berjalan
baik (tidak menggenang).
-
Jenis tanah yang paling baik adalah andosol, jenis tanah ini pada
umumnya terdapat di dataran tinggi (pegunungan).
-
Tanaman bawang
merah dapat tumbuh baik pada keadaan tanah dengan pH 5,5 sampai dengan
6,8.
Persiapan lahan yang dilakukan oleh petani responden atau petani yang kami
wawancarai dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut:
1. Lahan diolah dengan bajak atau cangkul sedalam 20 – 40 cm.
2. Dibuat bedengan dengan lebar 1,1 meter. Panjang bedengan 10 meter. Jarak
antara bedengan dibatasi dengan parit. Parit tersebut memiliki kedalaman 40 cm
dengan lebar 30 cm.
3.Setelah dibuat bedengan lahan tersebut dikeringkan selama 1 minggu sampai
15 hari, setelah 15 hari kemudian dibalikkan lalu diratakan selama 7 hari.
3). Penanaman
Yang perlu diperhatikan dalam penanaman:
a). Lakukan penanaman benih dengan mengikuti teknik penanaman, yaitu jarak
tanam, cara tanam, dan kebutuhan benih per hektar.
b). Lakukan penanaman pada musim tanam yang dinilai tepat atau sesuai
dengan jadwal tanam.
Untuk melakukan penanaman sebelumnya dibuat lubang pada tanah kemudian
diberi pupuk dasar yairu pupuk organik, selanjutnya ditanami benih bawang
dipinggir pupuk.
4) Pemupukan
Jenis pupuk yang digunakan untuk tanaman bawang merah adalah:
1. Pupuk anorganik yang
digunakan adalah jenis pupuk yang terdaftar, disahkan, atau direkomendasi oleh
pemerintah
2. Pupuk organik yang
terdiri dari pupuk kandang yang telah matang ( telah mengalami dekomposisi),
kompos, bokashi, pupuk hijau, pupuk organik cair.
Pemupukan yang dilakukan oleh petani tersebut dengan cara disebar. Dengan
jenis pupuk anorganik, antara lain: Urea sebanyak 40 kg, NPK (poska) 30 kg, dan
ZA sebanyak 40 kg. Juga menggunakan pupuk organik. Semuanya dilakukan dalam 500
bata.
5) Penyiraman
Pada musim kemarau tanaman perlu diairi setiap hari dan selanjutnya diairi
3 hari sekali. Pada musim penghujan drainase harus diperhatikan jangan sampai
air menggenang tanaman.
Penyiraman yang dilakukan oleh petani bawang merah di Desa Sukasari adalah
dengan cara di siram dengan menggunakan emrat dengan waktu penyiraman antara
pagi atau sore, dengan selang waktu satu hari. Apabila hujan terjadi pada
tengah hari, maka penyiraman tetap dilakukan yang bertujuan untuk menghilangkan
air hujan tersebut.
6) Penyiangan
Penyiangan adalah membuang tanaman pengganggu atau gulma yang tidak
diharapkan atau sayuran yang pertumbuhannya menunjukkan gejala tidak baik
seperti kerdil, kena hama/ penyakit, warna berubah, dll, untuk menjamin
pertumbuhan dan produksi tanaman secara optimal.
Penyiangan yang dilakukan oleh petani responden yaitu dengan cara manual
dan dilakukan penyiangan tergantung tumbuhnya gulma.
7) Pengendalian Hama dan Penyakit
Terdapat beberapa hama yang biasa menyerang tanaman bawang merah pada lahan
petani tersebut diantaranya adalah Lalat Penggorok Daun atau lalat daun, ulat
Bawang, dan trips.
Cara pengendaliannya dengan cara pengambilan daun yang menunjukkan gejala
korokan dipotong lalu dimusnahkan selain itu dilakukan penyemprotan dengan
menggunakan pestisida yang terdiri dari Insektisida (Met 80 mg, Curatron ½ lt,
Ampligo 80 mg), Fungisida (Raksasa 1 kg, Apsa 1 lt, Ridomil ½ kg). Penyemprotan
dilakukan seminggu dua kali.
Panen dan Pasca Panen
Panen
Tujuan dari pemanenan tersebut adalah untuk mendapatkan produk sesuai
dengan permintaan pasar dengan mutu yang baik sesuai dengan standar pasar yang
di tuju. Tanaman bawang dapat di panen setelah bawang berumur 90 sampai dengan
100 hari setelah tanam. Panen dilakukan secara manual dengan cara dirabut.
Kemudian dilakukan pembersihan akar, setelah dibersihkan kemudian dikeringkan
selama 1 minggu, selanjutnya di ikat untuk siap di pasarkan. Produksi yang
dihasilkan oleh petani responden sebanyak 2 ton 3 kwintal dalam luasan 500 bata
atau 0,714 ha dengan harga jual Rp 8000,- per kg.
Pasca Panen
Salah satu masalah dalam pengembangan bawang merah selama ini adalah
lemahnya penanganan pasca panen, sehingga nilai tambah yang didapat petani
relatif kecil oleh karena itu penanganan pasca panen perlu diperbaiki dengan
menerapkan teknologi pasca panen dalam rangka meningkatkan daya saing produk
bawang merah.
Kehilangan hasil produk bawang merah terjadi sejak dari tahapan panen,
distribusi, sampai ketingkat pemasaran. Cara panen dan waktu panen sangat
berpengaruh terhadap kualitas hasil secara tidak langsung akan berpengaruh
terhadap kehilangan hasil. Begitu juga pada rantai distribusi dan pemasaran,
teknik pengankutan dan pengemasan serta penyimpanan juga akan sangat
berpengaruh terhadap kualitas produk sehingga meyebabkan kehilangan hasil yang
cukup tinggi.
Produk bawang merah dipasarkan baik di dalam daerah maupun ke luar daerah.
Pelaksanaan pemasaran dilakukan melalui pengumpul dan bandar besar daerah.
Ada dua macam pola tanam,diantaranya:
1. Padi, Padi, Bawang merah, Ubi jalar
2. Padi, Bawang merah, Ubi jalar
Ada empat varietas bawang, yaitu bawang sumenep, bawang batu, bawang karet
dan bawang bima.
Cara
Memilih Bibit bawang yang baik
- Yang pertama adalah kelompok umbi sets besar yang diameter umbinya sekitar
2-2,5 cm atau beratnya 6,3 gram. Kelompok kedua adalah umbi sets sedang yang
diameternya 1,5-2 cm dengan berat rata-rata 1,4 gram. Yang terakhir, umbi sets
berukuran kecil dengan diameter 0,5-1,5 cm dengan beratnya 0,5 gram.
- Sebaiknya, umbi sets yang berukuran di atas 2,5 cm tidak digunakan untuk
bibit. Umbi set yang kecil, di bawah ukuran 1,75 cm, sebaiknya juga tidak
dipakai untuk bibit karena dapat menghasilkan tanaman yang produksinya rendah.
Ukuran 1,75-2,5 cm adalah pilihan untuk bibit yang baik.
- udah cukup tua (dipanen sekitar 70 hari) dan telah melalui masa penyimpanan
selama 60-90 hari,
- bila umbi dipotong 1/3 bagian, titik tumbuh nampak berwarna hijau
- ukuran umbi sedang (3-4 gram/umbi),
- bernas, kulit umbi mengkilap dan tidak luka. Kebutuhan bibit sekitar 800
-1200 kg/ha
3. Guna Pemupukan Pada Tanaman Bawang
Pupuk ini dicampurkan pada tanah bedengan sambil menggemburkan dan meratakan
bedengan lagi. Dengan pemberian pupuk ini akan dapat membantu memperbaiki
struktur tanah, memperbaiki daya tampung air, kesuburan dan kegemburan tanah.
Tindakan pemupukan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hara bagi tanaman,
terlebih lagi apabila suplai hara dalam tanah tidak mencukupi. Oleh karena itu
pemupukan yang tidak efisien malah akan meningkatkan biaya produksi. Dari hasil
penelitian, penggunaan pupuk N yang berimbang dan pemanfataan pembakaran jerami
dapat mengurangi kebutuhan pupuk N.
4. Cara Pemupukan Pada Tanaman Bawang
- Kebutuhan pupuk setiap jenis tanaman berbeda tergantung pada tingkat
kesuburan tanahnya. Tindakan pemupukan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hara
bagi tanaman, bila suplai hara dalam tanah tidak mencukupi.
Oleh karena pemupukan yang tidak efisien dapat menyebabkan meningkatnya biaya
produksi. Pemupukan pada tanah-tanah yang produktif seperti di pusat produksi
kabupaten Nganjuk dan Probolinggo tidak perlu berlebihan, cukup menggunakan
takaran urea 200 kg/ha, KCl 200 kg/ha dan ZA 450-500 kg/ha yang masing- masing
diberikan separo pada umur tanaman 15 dan 30 hari.
Sedangkan untuk pupuk dasar dapat menggunakan pupuk kandang kotoran sapi 10-15
ton/ha atau kotoran ayam yang sudah masak sebanyak 5 ton/ha dan TSP 150 kg/ha
yang diberikan 7 hari sebelum tanam.
Cara pemupukan sebaiknya dilakukan dngan membuat larikan di sekitar tanaman dan
pupuk dibenamkan kemudian ditutupi tanah. Pemupukan dengan cara menyebar
sebaiknya tidak dilkukan karena tidak efisien dan bila pupuk menempel pada daun
akan menyebabkan trebakar.
SP-36: saat tanam 400 kg.
KCl: 21 hari setelah tanam 100 kg dan 45 hari setelah tanam 100 kg.
Pupuk cair: 7-10 hari sekali dengan dosis sesuai anjuran.
Pupuk anorganik diberikan ke dalam lubang pada jarak 10 cm dari batang tanaman
kentang.
Anjuran pemupukan secara umum untukØ bawang merah adalah sebagai berikut : (a) pupuk dasar
berupa pupuk kandang matang (siap digunakan) sebanyak 10 t/ha, (b) pupuk Urea,
SP-36 dan KCl masing-masing sebanyak 100 kg, 150-200 kg, dan 200 kg per hektar,
diberikan secara larikan pada saat tanam, (c) pemupukan susulan dilakukan pada
saat tanaman berumur 35 hari yakni Urea sebanyak 100 -150 kg/ha, diberikan
secara larikan.
Pemupukan:Ø Tanaman bawang merah membutuhkan pupuk organik dan
pupuk anorganik. Pupuk organik yang diberikan ialah pupuk kandang. Dosisnya
ialah 10-20 ton/ha, diberikan sebelum tanam yakni saat melakukan pengolahan.
Pupuk organik yang dibutuhkan adalah TSP sebanyak 150-200 kg/ ha. Pupuk ini
diberikan seraya tnencampur pupuk kandang. Selain itu kita berikan pupuk tambahan
berupa 300 kg Urea dan 200 kg KCl/ha. Pupuk ini diberikan dengan cara
larikan/barisan saat tanaman berumur 10-15 hari.
Pemupukan N untuk bawang merah pada
musim kemarauØ maupun musim hujan dapat menggunakan kisaran dosis 150 kg sampai 200 N
kg/ha yang berasal dari sepertiga bagian N Urea dan duapertiga N dari ZA serta
150 kg KCl ha yang diberikan 7 hari sebelum tanam.
5. Pembentukan Rumpun pada tanaman bawang
Setelah biji berkecambah , bibit akan tumbuh dan berkembang , demikian pula
organ – organ tubuhnya. Dengan proses pertumbuhan yang begitu pesat, cadangan
makanan didalam biji yang jumlahnya terbatas tidak dapat memenuhi kebutuhan
lagi sehingga akar mulai melakukan penyerapan makanan. Helaian daun baru mulai
terbentuk satu persatu dan batang yang pendek semakin memanjang dengan proses
yang begitu lambat.
Proses perkembangan ini terjadi terus menerus sehingga terbentuk umbi dang
bunga bawang. Disamping itu, jumlah akar bawangpun semakin brtambah pula guna
mencukupi keperluan sehari – hari, jumlah akar setiap tanaman semula kira –
kira 15 akar, sedangkan jumlah daun bawang yang berumur 48 hari hanya 3 helai.
Semakin tua, jumlah daun akan bertambah pula
Pada saat tanaman tumbuh, semua makanan yang diserap di manfaatkan untuk
pertumbuhan. Umbi baru mulai berkembang setelah akar, batang dan daun mengalami
pertumbuhan maksimal
BAWANG MERAH (per ha )
A.PupukDasar
1.Berikan pupuk: 2-4 kg Urea +7-15 kg ZA +
15-25 kg SP-36 merata diatas bedengan, adukrata dengan tanah.
2.Jika dipakai Pupuk Majemuk NPK (15-15-15)
dosis ± 20 kg/ 1000 m2 dicampur rata dengan tanah di bedengan. 3.Siramkan SUPER
NASA yang telah dicampur air, merata di atas bedengan, dosis ± 10 boto1l1 000
m2 dengan cara : - alternatif 1 : 1 botol Super Nasa diencerkan dalam 3 It air
(jadi larutan induk).
Kemudian setiap50 It air diberi 200 cc
larutan induk tadi untukmenyiram bedengan. - alternatif 2: setiap 1 gembor (10
It) beri 1 sendok peres makan Super Nasa untuk menyiram 5-10 meter bedengan.
4.Biarkan selama 5 - 7 hari B.Cara Tanam 1.Umbi bibit direndam dulu dalam
larutan POC NASA + air (dosis 1 tutup/lt air) 2.Taburkan GLIO pada umbi bibit
yg telah direndam POC NASA 3.Simpan selama 2 hari sebelum tanam C.Pemupukan
Susulan 1.Dosis pemupukan tergantung jenis dan kondisi tanah setempat.
Jika kelebihan UrealZA dapat mengakibatkan
leher umbi tebal dan umbinya kecil-kecil, tapi jika kurang, pertumbuhan
tanaman terhambat dan daunnya menguning pucat.
Kekurangan KCl juga dapat menyebabkan
ujung daun mengering dan umbinya kecil.
2. Pemupukan
makro 2 kali (dosis per 1000 m2) : - 2 minggu : 5-9 kg Urea+ 1 0-20 kg ZA +
10-14 kg KCI -4minggu~ 3-7 kgUrea+ 7-15 kgZA+12-17 kgKCl 3.Campur merata ketiga
jenis pupuk, taburkan di sekitar rumpun atau garitan tanaman dan jangan sampai
terkena tanaman supaya daun tidak terbakar. 4.Jika pakai Pupuk Majemuk NPK
(15-15-15) dosis ± 20 kg/ 1000 m2 diberikan pada umur ± 2 minggu- D.Pengelolaan
Tanaman 1.Penyiangan kedua umur 30 - 35 HST, didangir, dibumbun dan bedengan
yang rusak diperbaiki. 2.Semprotkan POC NASA, dosis 4-5 tutup/tangki tiap 7 -10
hari sekali mulai 7 hari setelah tanamhingga hari ke 50- 55. 3.Mulai hari ke 35
penyemprotan ditambah HORMONIKdengan dosis 1-2 tutup/ tangki (campurkan dengan
POCNASA). 4. Untuk Penyakit embun bisa menggunakan Aero-810, disemprotkan
antara 3 - 7 hari sekali 1 tutup/ tangki
Penanaman bawang merah umumnya dilakukan pada musim tanam Mei-Juni dan akhir
musim penghujan untuk beririgasi teknis seperti di daerah pusat produksi bawang
merah seperti Brebes, Probolinggo dan Nganjuk.
Penanaman dapat dilakukan sepanjang tahun. Namun umumnya penanaman dilakukan
secara serempak sehingga pada saat panen, produksi selalu melimpah. Padahal
sebenarnya penanaman dapat dilakukan secara berjadwal atau bergilir sehingga panen
bawang merah tidak bersamaan.
Cara penanamannya juga tergolong tidak bergitu rumit. Intinya terdapat pada
pengolahan tanah, pemupukan dan pasca panen.
PENGOLAHAN TANAH
Cara pengolahan tanah dan penanaman sangat menetukan produksi bawang
merah. Bawang merah membutuhkan tanah gembur, oleh karenanya
pengolahan tanah sangat diperlukan hingga tanah menjadi gembur dengan kedalaman
olah sekitar 25-30 cm.
Penanaman lebih baik dilakukan dalam bedengan untuk musim kemarau sekitar 20-25
dan untuk musim penghujan sekitar 40-50 cm. Penanaman tanpa menggunakan
bedengan tidak disarankan karena resiko adanya genangan air yang mempengaruhi
negatif pertumbuhan tanaman dan meperbanyak timbulnya penyakit.
PEMUPUKAN
Kebutuhan pupuk setiap jenis tanaman berbeda tergantung pada tingkat
kesuburan tanahnya. Tindakan pemupukan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hara
bagi tanaman, bila suplai hara dalam tanah tidak mencukupi.
Oleh karena pemupukan yang tidak efisien dapat menyebabkan meningkatnya biaya
produksi. Pemupukan pada tanah-tanah yang produktif seperti di pusat produksi
kabupaten Nganjuk dan Probolinggo tidak perlu berlebihan, cukup menggunakan
takaran urea 200 kg/ha, KCl 200 kg/ha dan ZA 450-500 kg/ha yang masing- masing
diberikan separo pada umur tanaman 15 dan 30 hari.
Sedangkan untuk pupuk dasar dapat menggunakan pupuk kandang kotoran sapi 10-15
ton/ha atau kotoran ayam yang sudah masak sebanyak 5 ton/ha dan TSP 150 kg/ha
yang diberikan 7 hari sebelum tanam.
Cara pemupukan sebaiknya dilakukan dngan membuat larikan di sekitar tanaman dan
pupuk dibenamkan kemudian ditutupi tanah. Pemupukan dengan cara menyebar
sebaiknya tidak dilkukan karena tidak efisien dan bila pupuk menempel pada daun
akan menyebabkan trebakar.
Setelah tanaman bawang merah dipupuk, dapat diairi dengan cara
di "sirat". Sebaiknya bawang merah disiangi lebih
dulu sebelum dilakukan pemupukan agar gulma tidak tumbuh semakin subur.
PASCA PANEN
Tanda-tanda tanaman yang siap dipanen : umur tanaman sudah cukup tua, misal
varietas bawang biru umur 60 hari, bawang varietas
philipine umur 70 hari, dan tidak mengeluarkan daun muda.
Keadaan tanaman antaraa umbi dan badan sudah lembut, tanaman mulai rebah, daun
bagian bawah mulai menguning dari ujungnya. Panen dengan cara mencabut bilamana
tanah gembur dan umbi 90% diatas tanah, akan tetapi bilamana umbi masih di
dalam tanah maka perlu alat bantu berupa sabit kecil untuk menggali.
Penjemuran ditempatkan pada bedengan bekas lahan tanam, dengan cara merebahkan
bawang setebal 5 cm dan daun ditaruh di bagian atas sedangkan umbinya tertutup
daun, sehingga umbi bawang merah tidak kelihatan pada
penjemuran tersebut, pada akhir penjemuran umbi yang kelihatan ditutupi dengan
jerami.
Tujuan pengeringan ini adalah pengeringan aun, bukan pengeringan umbi. Lama
penjemuran 7-10 hari sesuai dengan keadaan cuaca.
Bilamana daun sudah kering diadakan penalian. Penalian biasanya dilakukan pada
malam hari sebab daun tidak keras, bila daun terlalu keras umbi banyak yang
lepas dengan daunnya.
Umbi yang lepas dari daunnya tidak dpat disimpan lama dan harganya di pasaran
lebih murah. Bilamana bawang tersebut ingin disimpan maka
penjemuran dilakukan dalam keadaan ikatan dengan posisi umbi ditaruh di bagian
atas.
Pengolahan tanah :
Lahan yang telah
dibuat bedengan pada bagian atasnya diberi pupuk kandang (yang sudah matang)
kemudian semprotkan larutan Golden Harvest (1 liter Golden Harvest : air max
200 liter). Kemudian tutup permukaan bedengan dengan tanah. Biarkan selama
minimal 3 hari, kemudian siap untuk ditanam. Tahap ini diperlukan 2 liter
Golden Harvest per ha.
Aplikasi :
- Pemberian Golden Harvest ke 2 (15 hari setelah tanam)
Semprotkan
larutan Golden Harvest (1 liter Golden Harvest : air max 200 liter) pada
sekitar pangkal batang. Tahap ini kebutuhan Golden Harvest minimal 1 liter per
ha.
- Pemberian pupuk kimia ke 1 (3 hari setelah pemberian Golden Harvest
ke 2)
Kebutuhan untuk
lahan 1 ha adalah sebagai berikut : Urea/ZA sebanyak 100 kg, TSP/SP-36 sebanyak
150 kg dan KCL sebanyak 100 kg, aduk sampai rata, berikan pada sekitar pangkal
batang (jarak 10 cm dari batang) kemudian tutup dengan tanah.
- Pemberian Golden Harvest ke 3 (30-35 hr setelah tanam), semprotkan
larutan Golden Harvest (1 liter Golden Harvest : air max 200 liter) pada
sekitar pangkal batang. Tahap ini kebutuhan Golden Harvest minimal 1 liter per
ha.
- Pemberian pupuk kimia yang ke 2 (3 hari setelah pemberian Golden
Harvest yang ke 3). Pada pemupukan yang ke 2 hanya diberikan pupuk urea saja,
sebanyak 100 kg untuk setiap ha, berikan secara merata pada setiap bedengan.
- Pemberian Golden Harvest selanjutnya setiap 15 hari sekali. Berikan
larutan Golden Harvest (1 liter Golden Harvest : air max 200 liter) di sekitar
pangkal batang. Tahap ini kebutuhan Golden Harvest minimal 1 liter per ha.
Posted by : Unknown on :Kamis, 26 Juli 2012 With
1 komentar: