1. Kresek/Hawar Daun (Xanthomonas campestris)
Biologi
Kresek disebabkan bakteri yang
menginfeksi tanaman melalui luka atau bagian lain yang terbuka kemudian
tumbuh di dalam sistem jaringan pengangkutan tanaman yang mirip pembuluh
darah manusia. Pertumbuhan bakteri menyumbat saluran pembuluh tersebut
sehingga air dan zat makanan tidak dapat masuk atau keluar dari dalam
ujung daun.
Gejala Serangan
Terlihat gejala kekuningan, layu dan mati pada bagian ujung daun.
Pada persemaian penyakit menyebabkan
daun menjadi kuning dan akhirnya mati dan penyakit Kresek ini dapat
merusak semua tanaman yang telah ditanam di sawah.
PENGENDALIAN PENYAKIT HDB
PEMILIHAN LOKASI DAN WAKTU TANAM
- Informasi sebaran strain bakteri patogen (pemetaan)
- Waktu kritis tidak pada waktu basah ( Lama pengembunan), puncak sebaran bakteri
- Sebaiknya setiap daerah mempunyai peta daerah endemis serangan penyakit HDB
- Waktu tanam musim penghujan lebih berpotensi untuk penyebaran HDB dibandingkan musim kemarau
PENGGUNAAN VARIETAS TAHAN
- Varietas hibrida yang ada saat ini umumnya tidak mempunyai ketahanan terhadap penyakit HDB.
- Varietas yang tahan yang di lepas dapat patah ketahananya (fenomena BOOM & Burst)
PENGGUNAAN BENIH SEHAT
- Peraturan/ Karantina
- Perlakuan benih dengan kaporit/ air garam, benih tenggelam indikator sehat
POLA BERCOCOK TANAM INTERPLANTING
- Penanaman campuran varietas yang sifat geetik berbeda
- Informasi grouping varietas sesuai dengan strain bakteri
SANITASI LINGKUNGAN
- Pembersihan saluran irigasi dari gulma ( l. hexandra, P repens, E. crusgalli)
- Pembersihan singgang/ jerami bergejala
MANIPULASI LINGKUNGAN
- Sistem tanam legowo, mengatur mikro klimat
- Pengairan berselang 3 – 6 kali sehari, memperbaiki aerasi tanah
PEMUPUKAN
- Penggunaan pupuk organik yang matang (2 ton/ ha)
- Penggunaan pupuk berimbang (N, P, K )
- Aplikasi pupuk K
PEMANFAATAN AGENS ANTAGONIS
- Bakteri antagonis Corynebacterium untuk HDB
– dosis 5 cc/lt (populasi 106 Cfu/ml),
– Volume 600 lt/ha;
– waktu 3x ( 14 hst, 28 hst, 42 hst)
PENGGUNAAN PESTISIDA
- Bakterisida untuk HDB belum ada/ sangat terbatas yang terdaftar
2. Blas/Rice Blas (Pyricularia oryzae)
Ekobiologi
Cendawan Pyricularia mempunyai
hifa yang mengandung spora dan menyebar membentuk lingkaran, biasanya
tumbuh pada jaringan mati. Konidia secara alami menghambur ke udara baik
pada malam hari maupun di siang hari dengan adanya embun atau hujan
pada kelembaban 90 %.
Gejala Serangan
Blas bisa menyerang batang pada bukunya,
pangkal pelepah daun membusuk berubah menajdi kehitam-hitaman dan mudah
patah, bercak bisa terjadi pada leher malai, leher yang terinfeksi
berubah menjadi kehitam-hitaman dan patah.Apabila busuk leher terjadi
hanya sedikit malai jadi dan malainya hampa.
Komponen Pengendalian
Budidaya/Kultur Teknik
- Tanam serentak, pergiliran varietas/tanaman, varietas tahan/toleran
Fisik/Mekanik
- Pemusnahan jerami
Pestisida
- Perlakuan benih dengan
- fungisida sistemik Delsen MX 80 WP,
- aplikasi fungisida pada stadium awal berbunga
3. BRS/Bacterial Red Stripe (Pseudomonas sp.)
Ekobiologi
Penyebab BRS adalah jenis bakteri Pseudomonas sp. Faktor yang mempengaruhi timbulnya BRS adalah suhu di atas 300C,
kelembaban pada kanopi daun tinggi, kontaminasi patogen yang tinggi
pada benih dan pemupukan nitrogen yang tidak berimbang. BRS merupakan
penyakit yang dapat terbawa oleh benih.
Gejala Serangan
Gejala mulai tampak berupa bercak kecil
kuning kemerahan pada daun atas dan memanjang ke arah ujung daun.
Akhirnya daun layu dan mati dengan garis memanjang dari pangkal sampai
ujung. Penyakit tersebut lebih lazim terjadi pada musim kemarau.
Komponen Pengendalian
Budidaya/Kultur Teknik
- Tanam serentak, pergiliran varietas/tanaman, varietas tahan/toleran, pemupukan berimbang, jarak tanam 25×25 cm, sanitasi lingkungan
Fisik/Mekanik
- Pemusnahan jerami
Pestisida
- Perendaman benih dengan kalsium hipoklorit atau kaporit yang diencerkan 300 kali selama 24 jam, aplikasi bakterisida bila menunjukkan gejala serangan yaitu 35 hst aplikasi pertama dan 49 hst untuk aplikasi kedua
4. Tungro/Rice Tungro Virus
Ekobiologi
Tungro disebabkan virus dengan partikel
berbentuk bola (sperikel) dan tongkat (basiler). Virus tungro hanya
ditularkan serangga penular (vektor) secara semi persisten. Perkembangan
serangan merupakan hasil interaksi dari 4 faktor yaitu sumber inokulum,
vektor, jenis varietas dan lingkungan. Vektor terpenting adalah Nephotettix virescens dengan efisiensi penularan sebesar 83 %. Puncak populasi biasanya terjadi 7-10 mst
Gejala Serangan
Gejala serangan ditemukan setelah virus
tungro ditularkan wereng hijau selama lebih kurang 2 minggu. Waktu dari
saat infeksi sampai menunjukkan gejala tergantung dari ketahanan serta
umur tanaman. Semakin tua tanaman semakin kurang kepekaannya terhadap
pengaruh virus. Virus menyebabkan tanaman kuning biasanya hanya satu
tanaman sampai beberapa dari satu rumpun terinfeksi sehingga pada rumpun
terlihat kombinasi hijau dan kuning. Warna kuning mulai ujung daun dan
meluas ke bawah. Bila infeksi berlangsung awal dan berat, tanaman akan
sangat kerdil sehingga anakan mungkin tidak menghasilkan malai. Virus
tinggal disinggang tanaman sampai setelah panen.
Singgang merupakan suatu tempat penting
bagi virus untuk dapat bertahan di suatu daerah dan sumber tularan bagi
vektor wereng hijau.
Komponen Pengendalian
Budidaya/Kultur Teknik
- Tanam serentak, pergiliran varietas/tanaman, pengolahan tanah segera setelah panen, penggunaan varietas tahan/toleran
Fisik/Mekanis
- Eradikasi tanaman sakit
Biologi/Musuh alami
- Parasit telur : Gonatocerus spp. dan Paracentrobia spp.
- Patogen : Metarhizium spp.
Pestisida
- Saat penggunaan pestisida didasarkan atas ambang ekonomi yang dalam hal ini ditentukan oleh intensitas serangan tungro dan populasi vektor ( maksimum umur tanaman 30-40 hari)
5. Hawar Pelepah/Sheath Bligth (Rhizoctonia solani)
Biologi
Penyakit hawar pelepah disebabkan oleh
bibit-bibit jamur (sklerotia) yang didapatkan di tanah sawah atau dari
pertanaman di dekatnya yang terserang karena tertiup angin. Oleh karena
jamur ini terdapat di tanah maka penyakit tersebut sangat sulit
dikendalikan. Belum ada varietas tahan terhadap penyakit ini. .
Gejala Serangan
Gejala serangan pada bagian pelepah
daun, berupa noda-noda berbagai ukuran yang berwarna agak coklat sampai
abu-abu dan tepinya berwarna coklat. Jaringan yang rusak terjadi mulai
dari pangkal tanaman pada batas permukaan air di mana mulai terjadi
infeksi. Apabila kondisi lingkungan mendukung perkembangan jamur (panas
dan lembab), kerusakan jaringan ini akan meluas ke seluruh pelepah daun.
Dalam beberapa kasus, seluruh tanaman akan berubah menjadi kering dan
berwarna coklat. Penyakit ini berkembang mulai dari pangkal tanaman
hingga tajuk yang saling menutup (perkembangan horizontal).Setelah tajuk
daun saling menutup dan kelambaban serta kelebatan rumpun meningkat,
infeksi jamur meluas ke bagian atas. Serangan berat biasanya terjadi
pada saat pembentukan anakan maksimum atau pada tanaman yang mulai
membentuk bulir.
Komponen Pengendalian
Budidaya/Kultur Teknik
- Tanam serentak, pergiliran varietas/tanaman, pengolahan tanah segera setelah panen, penggunaan varietas tahan/toleran
Fisik/Mekanis
- Eradikasi tanaman sakit
Pestisida
- Pada saat pembentukan akana maksimum dan fase bunting
Nustar 400EC, 45 HST interval 2 minggu (bunting dan pembentkan malai)
Equation Pro 52 WG
6. Busuk Pelepah/Sheath Rot (Sarocladium oryzae)
Biologi
Gejala busuk pelepah dijumpai pada
bagian atas pelepah yang berisi bulir selama fase bunting. Gejala
penyakit berupa rusaknya jaringan tanaman dalam berbagai ukuran,
berwarna gelap dan di bagian tengah berwarna terang. Akhirnya
jaringan-jaringan yang rusak berkembang bersamaan dan meluas ke bagian
dalam pelepah. Di dalam pelepah tersebut terbentuk tepung berwarna putih
tepatnya pada bulir yang baru muncul. Ini menyebabkan bulir tersebut
tidak akan muncul dengan sempurna akibat terinfeksi jamur ini.
Dalam beberapa infeksi mungkin bulir
dapat menjadi busuk. Busuk pelepah rupanya menyerang tanaman-tanaman
yang sudah terlebih dahulu dirusak oleh serangga khususnya penggerek
batang atau virus.
Komponen Pengendalian
Budidaya/Kultur Teknik, Tanam serentak, pergiliran varietas/tanaman, pengolahan tanah segera setelah panen, penggunaan varietas tahan/toleran
Fisik/Mekanis, Eradikasi tanaman sakit
Pestisida, Pada saat pembentukan akana maksimum dan fase bunting
7. Bercak Coklat/Brown Spot (Helminthosporium oryzae)
Biologi
Penyakit jamur bercak coklat menyebabkan
bercak-bercak coklat meluas ke daun tanaman yang lebih tua dan dapat
membunuh seluruh rumpun tanaman yang lebih muda. Gejala penyakit ini
berupa bercak kecil berwarna coklat dan terjadi pada seluruh bagian
tanaman. Ukuran bercak ini kira-kira sebesar dua butir pasir besar yang
terletak saling berdampingan.
Benih padi membawa bibit jamur (spora)
yang kemudian tumbuh di berbagai tempat di dalam tanaman. Gejala yang
timbul berupa bercak di setiap bagian tanaman itu. Sampai akhir musim
tanam, bulir-bulir padi juga terinfeksi dan biji-biji padi akan membawa
jamur ini hingga ke musim tanam berikutnya.
Komponen Pengendalian
Budidaya/Kultur Teknik , Tanam serentak, pergiliran varietas/tanaman, varietas tahan/toleran, pemupukan berimbang, sanitasi lingkungan
Fisik/Mekanik, Pemusnahan jerami
Pestisida, Perendaman
benih dengan kalsium hipoklorit atau kaporit yang diencerkan 300 kali
selama 24 jam, aplikasi fungisida bila menunjukkan gejala serangan yaitu
35 hst aplikasi pertama dan 49 hst untuk aplikasi kedua
0 komentar:
Posting Komentar